Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Ambles 6,4 Persen dalam Sebulan, Investor Harus Bagaimana?

Kompas.com - 19/06/2024, 13:34 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam sebulan terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan yang cukup dalam, yakni sekitar 6,4 persen.

Pelemahan IHSG ini juga turut mempengaruhi harga saham.

Sebagai contoh, saham big caps di sektor perbankan, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tergelincir 4,4 persen dalam sebulan. Selain itu, emiten milik Prajogo Pangestu, PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN) merosot 16,8 persen dalam sebulan.

Baca juga: IHSG Kembali Terkoreksi, Rupiah Menguat di Awal Sesi Pagi

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, beberapa sentimen yang mempengaruhi pelemahan IHSG di antaranya, pendirian The Fed terkait higher for longer untuk suku bunga acuannya.

“Hal itu membuat indeks dollar (DXY) terus menguat dan membuat dollar AS juga menguat terhadap beberapa mata uang termasuk rupiah,” jelas Herditya kepada Kompas.com, Rabu (19/6/2024).

Pada akhir pekan lalu, rupiah sempat melemah ke level Rp 16.400 per dollar AS. Pagi ini, rupiah menguat 26 poin ke level Rp 16.386 per dollar AS.

Herditya melanjutkan, pelemahan rupiah terhadap dollar AS sebelumnya, dikarenakan kebijakan higher for longer dari The Fed.

Baca juga: IHSG Hari Ini 19 Juni 2024 Diproyeksi Melemah, Simak Rekomendasi Sahamnya

“Higher for longer oleh The Fed diperkirakan membuat outflow bergerak di money market (lebih besar) daripada equity market,” ujarnya.

Selain itu, lembaga keuangan AS, Morgan Stanley belum lama ini menurunkan rekomendasi saham-saham Indonesia menjadi underweight. Ini dilakukan pada portofolio investasi di pasar Asia dan emerging markets.

Downgrade rating dari Morgan Stanley dilakukan atas kekhawatiran akan kebijakan fiskal dan program kerja pemerintahan baru,” lanjutnya.

 

Ilustrasi bursa saham.SHUTTERSTOCK/FEYLITE Ilustrasi bursa saham.
Senada, Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, statement tersebut menurunkan rating saham-saham di Indonesia, yan turut memengaruhi pelemahan IHSG.

Baca juga: IHSG Ambles 1,42 Persen, Rupiah Anjlok ke Level Rp 16.412

Tak hanya, itu, penilaian Morgan Stanley juga berkaitan dengan kualitas perusahaan-perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO), di mana tidak sedikit saham yang setelah listing langsung mengalami penurunan harga signifikan.

“Kita melihat statement Morgan Stanley dalam menurunkan rating saham Indonesia menjadi underweight juga turut memberikan pengaruh ke pelemahan IHSG. Ini juga terkait kualitas IPO, sehingga wajar saja Morgan Stanley memberikan rating underweight untuk saham di Indonesia,” ujar Nafan.

Nafan juga menyoroti berbagai sentimen lain yang mendorong pelemahan IHSG dalam beberapa waktu belakangan ini. Seperti penurunan suku bunga yang hanya dilakukan satu kali tahun ini.

Dia memperkirakan penurunan suku bunga The Fed akan dilakukan pada September atau Desember tahun ini.

Baca juga: Awal Sesi, IHSG dan Rupiah Melemah Masih Lesu

Selain itu, The Fed juga dinilai belum mencapai target inflasi yang ditetapkan yakni 2 persen. Banyak analis memperkirakan penurunan inflasi yang sesuai target itu membutuhkan waktu yang lama, dan bisa terjadi paling cepat pada 2026.

Dari internal, ada beberapa tantangan yang perlu disikapi secara serius oleh pemerintah, misalnya potensi defisit APBN hingga manajeman fiskal. Dia berharap Kementerian Keuangan bisa bisa menjaga agar APBN tetap sehat, dan defisit tidak melebar.

“Terkait beberapa hal seperti economic global slowing down, global financial market uncertainty, terkait potensi defisit APBN, serta menajemen fiskal yang juga diperlukan pemerintah. Kemenkeu (diharapkan) agar bisa menjaga APBN tetap sehat, dan jangan sampai defisit melebar,” ujar Nafan.

 

Ilustrasi investasi.SHUTTERSTOCK/TZIDO SUN Ilustrasi investasi.

Nafan juga berharap Bank Indonesia bisa menerapkan kebijakan makroprudensial, triple intervention dengan mengeluarkan dan mengelola instrumen-instrumen tersebut dengan baik untuk menciptakan inflow, sehingga bisa menstabilkan rupiah.

Baca juga: IHSG Diperkirakan Masih Lesu, Simak Analisis dan Rekomendasi Saham Hari Ini

Di sisi lain, Nafan juga menyoroti kebijakan Full Periodic Call Auction/FCA) dari BEI. Selama ini, investor menilai bahwa kebijakan FCA merugikan baik kepada emiten dan investornya.

Namun, BEI saat ini mempertimbangkan untuk melakukan evaluasi terkait dengan implementasi yang efektif berlaku pada tanggal 25 Maret 2024 lalu.

“Terkait dengan FCA ini juga membuat kinerja emiten yang dulunya bullish, menjadi ARB dan kurang likuid, market cap-nya juga turun,” jelas Nafan.

Lalu, investor harus ngapain saat pasar tertekan?

Baca juga: IHSG Bakal Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Herditya menyarankan, investor bisa lebih jeli dalam meilih saham-saham yang akan dikoleksi dengan mempertimbangkan sentimen-sentimen yang ada.

“Investor diharapkan bisa lebih memilih akan emiten-emiten pilihannya untuk investasinya dengan tetap memperhatikan sentimen yang ada,” ungkap Herditya.

Sementara itu, Nafan menilai inilah saatnya bagi investor untuk melakukan akumulasi buy. Namun, investor harus memperhatikan, fundamental, sentimen dan special notation yang ada pada saham tersebut.

“Ini posisi yang ideal untuk acumulative buy untuk long term investor bagus dilakukan,” ujar Nafan.

Baca juga: IHSG Ditutup Melemah, Rupiah Akhirnya Menguat

“Special notation yang diterapkan pasa saham, diharpkan investor bisa memperhatikannya sebelum melakukan investasi, dan mengambil saham-saham yang tidak ada special notation-nya, lihat juga prospek emitennya, hingga trend-nya (bulish atau tidak),” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com