Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dorong Ekspor Nonmigas, Mendag Lepas 8 Kontainer Baja Lapis Tata Metal ke 3 Negara

Kompas.com - 22/06/2024, 11:28 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah terus mendorong peningkatan kinerja ekspor nonmigas Indonesia, salah satunya melalui ekspor produk baja. Upaya ini juga untuk menjaga neraca dagang RI yang masih surplus selama 48 bulan berturut-turut.

Untuk mendukung ekspor baja, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan turut melepas ekspor delapan kontainer produk baja lapis dengan merek dagang Nexalume, Nexium, dan Nexcolor produksi PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) dari pabrik baru mereka yang berada di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, pada Jumat (21/6/2024) lalu.

Tujuan ekspor baja lapis Tatalogam Group yakni ke Australia, Kanada, dan Puerto Rico senilai 808.262 dollar AS atau Rp 13,3 miliar (kurs Rp 16.474).

Baca juga: Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Dalam sambutannya, Mendag merinci surplus dagang RI, yang juga salah satunya dikontribusi ekspor Tatalogam Group.

"Pada 2022 surplus 54,5 miliar dollar AS, tahun 2023 surplus 36 miliar dollar AS lebih. Kemudian sampai Mei 2024 sudah hampir 14 miliar dollar AS," kata Mendag melalui keterangan pers, Jumat (21/6/2024).

Zulhas memaparkan, Indonesia sendiri ternyata banyak mengimpor dari Australia dan Kanada dan menyebabkan defisit perdagangan. Sehingga diharapkan dengan adanya ekspor komoditas baja lapis warna ini, diharapkan bisa mengurangi defisit perdagangan terutama ke Australia.

Menurut dia, pelepasan ekspor baja ke Kanada dan Australia merupakan momentum yang tepat dalam merespons permintaan baja di kedua negara yang terus meningkat, masing-masing sebesar 16,9 persen dan 14,7 persen dalam 5 tahun terakhir.

Baca juga: Mendag Lepas Ekspor Produk Baja ke Australia, Kanada, dan Puerto Riko

Ia juga mengapresiasi PT Tata Metal Lestari atas kinerja usahanya, selain melayani pasar dalam negeri, juga melayani pasar ekspor yang pertumbuhan rata-ratanya di atas 10 persen per tahun.

"Kalau kita mau jadi negara maju harus menguasai pasar dunia. Apalagi ini baja, UMKM saja kita bangga, apalagi ini termasuk industri yang teknologi tinggi. Mudah-mudahan ini memberikan tanda-tanda bahwa cita-cita kita ingin menjadi negara maju pada tahun 2045 bisa kita capai," ujar Zulhas.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com