Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Mudikonomic: Kemeriahan Rakyat dan Kegembiraan Investor

Kompas.com - 04/06/2019, 13:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MUDIK atau pulang kampung saat Lebaran sudah menjadi tradisi masif di Indonesia. Biasanya, kota-kota besar adalah titik berangkatnya dan kampung halaman berposisi sebagai tujuan.

Menurut Kementerian Perhubungan, diperkirakan sekitar 23 juta manusia akan bergerak ke kampung halamannya masing-masing pada Lebaran tahun 2019 ini. Angka tersebut diyakini mengalami kenaikan sekitar 1,4 juta dibanding Lebaran tahun lalu.

Pun ada macam-macam moda transportasi yang digunakan, mulai dari bus, kapal laut, kereta api, pesawat terbang, sepeda motor, dan mobil-mobil pribadi.

Semuanya otomatis memperketat arus mobilitas di jalur masing-masing. Akan ada peningkatan signifikan di jalur perjalanan darat, kereta api, kapal laut, walaupun di jalur udara diperkirakan tidak terlalu signifikan karena faktor harga tiket yang menggila.

Lain pula cerita dari Kementerian Pariwisata. Menurut Kemenpar, saat Ramadhan terjadi penurunan wisatawan Nusantara (wisnus) sekitar 50 persen. Biasanya, tercatat rata-rata pergerakan wisnus per bulan sebesar 20 juta, tetapi saat Ramadhan turun menjadi 10 juta.

Namun, memasuki liburan Idul Fitri, jumlah pemudik diperkirakan mencapai 20 juta, sehingga periode Ramadhan-Lebaran bisa terjadi pegerakan 30 juta wisnus atau naik 150 persen.

Lalu terjadi pergerakan uang selama Ramadhan-Lebaran yang diperkirakan Rp 800.000 per orang untuk sekali kunjungan atau diperkirakan ada Rp 200 triliun dari 20 juta pergerakan wisatawan.

Adapun catatan dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk pada H-7 lalu cukup optimistis menggambarkan betapa signifikannya pergerakan transportasi jelang Lebaran.

Ada 57.405 kendaraan yang telah meninggalkan Jakarta melalui Gerbang Tol Cikampek Utama jalur Jakarta-Cikampek pada H-7 Lebaran atau Rabu (29/05/2019) malam.

Menurut Jasa Marga, jumlah tersebut naik sebesar 144,44 persen dari lalu lintas harian (LHR) normal, yakni sebesar 23.484 kendaraan.

Begitu pula dengan tol Trans-Sumatera dari Bakauheni Lampung menuju Kayu Agung Palembang yang sudah beroperasi pada arus mudik Lebaran 2019 ini. Menurut catatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), per hari ada sekitar 4.000 kendaraan yang melintas sejak 29 Mei 2019 lalu di tol Trans-Sumatera.

Padahal, biaya bagi pengguna jalan tol tidaklah murah, apalagi jalan tol Trans-Jawa yang Lebaran tahun ini sudah beroperasi. Hasil perhitungan kasar, rata-rata tarif tol Trans-Jawa adalah Rp 2.264,6/km.

Angka tersebut merujuk pada data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PU dan Perumahan Rakyat dengan total panjang jalan tol Trans-Jawa 706,09 km. Panjang itu meliputi ruas Jakarta-Cikampek 73 km dan Cikampek-Surabaya (Gempol) 633 km yang jadi inti proyek Trans-Jawa yang mulai dibangun pascakrisis 1998.

Namun, tarif tersebut masih berada di bawah tarif tol Pan Island Expressway (PIE) Singapura, yaitu Rp 2.890,8/km untuk kendaraan berat saat jam sibuk di hari kerja. Itu adalah harga paling tinggi untuk setiap rute jalan tol di ASEAN.

Sekalipun demikian, tarif tersebut menunjukkan bahwa tarif tol di Indonesia, khususnya rata-rata tarif di Trans-Jawa, memang termasuk salah satu yang termahal di ASEAN.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com