Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Dagang, India Naikkan Tarif untuk Produk-produk Asal AS

Kompas.com - 16/06/2019, 07:56 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNN

NEW DELHI, KOMPAS.com - India menaikkan tarif impor untuk impor produk-produk asal Amerika Serikat (AS). Penerapan tarif ini menambah parah kerapuhan perdagangan global.

Mengutip CNN, Minggu (16/6/2019), tarif terhadap sejumlah produk dari AS secara resmi berlaku mulai hari ini. Produk-produk seperti apel, kacang almon, kacang lentil, dan sejumlah bahan kimia dikenai tarif sebesar 70 persen.

India pertama kali mengumumkan penerapan tarif baru untuk produk impor asal AS pada tahun 2018 lalu sebagai balasan atas penerapan tarif untuk produk baja dan aluminium dari negara tersebut. Namun, rencana tersebut berulang kali ditunda, sembari kedua negara melakukan perundingan perdagangan.

Baca juga: India Diminta Buka Akses Besar untuk Perusahaan AS, Buat Apa?

Pemerintah India tidak secara spesifik menyebut nilai produk yang dikenakan tarif. Namun, sebelumnya Kementerian Keuangan India mengatakan pada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) bahwa nilai produk yang terimbas tarif mencapai 241 juta dollar AS.

Nilai ekspor dan impor barang dan jasa antara kedua negara mencapai kisaran 142 miliar dollar AS per tahun. Namun, hubungan perdagangan India dan AS memanas dalam beberapa bulan terakhir setelah pemerintahan Presiden Donald Trump mengakhiri kesertaan India dalam program perdagangan preferensial pada bulan ini.

Program tersebut membebaskan produk-produk India senilai lebih dari 6 miliar dollar AS dari bea masuk impor AS pada tahun 2018.

Adapun salah satu prioritas terbesar pemerintahan Trump adalah menurunkan defisit neraca perdagangan AS dengan negara-negara di seluruh dunia. Bulan lalu, pemerintahan Trump menaikkan tarif impor produk dari AS senilai 200 miliar dollar AS dari 10 persen menjadi 25 persen.

Baca juga: India dan China Akan Gantikan Posisi Sillicon Valley?

Tak hanya itu, pemerintah AS juga mengancam bakal mengenakan tarif terhadap produk-produk dari China senilai 300 miliar dollar AS. Kalangan bisnis telah memperingatkan Trump dampak kerusakan ekonomi AS dari tarif-tarif tersebut.

Adapun surplus neraca perdagangan India terhadap AS relatif kecil, yakni ekspor mencapai kira-kira 54 miliar dollar AS pada tahun 2018. Sementara itu, impor India dari AS mencapai 33 miliar dollar AS, berdasarkan data pemerintah AS.

Trump sendiri telah berulang kali menerapkan tarif terhadap produk-produk dari India, seperti sepeda motor dan wiski. Penerapan tarif terhadap produk dari India menyusul keluhan dari peternak dan manufaktur perangkat kesehatan yang menyebut bahwa tarif yang diterapkan pemerintah India memukul kegiatan ekspor mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com