Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Terus Terkoreksi, Saatnya Investor Masuk ke Instrumen Saham?

Kompas.com - 06/03/2020, 12:52 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Persebaran virus corona turut menimbulkan sentimen negatif terhadap pasar saham dalam negeri.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun terkoreksi besar-besaran dari level 6.300 di awal tahun menjadi 5.300 hingga 5400 ketika Presiden Joko Widodo mengumumkan dua WNI yang positif terinfeksi virus corona di awal pekan ini.

Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Andrian Tanuwijaya menyampaikan koreksi yang terjadi menjadikan IHSG turun ke level valuasi yang sangat murah.

 

Baca juga: Valuasi Saham Kian Murah, Reksa Dana Saham Bisa Dilirik

Rasio PE IHSG turun ke level 12,8x yang merupakan -2 standar deviasi dari rata-rata 7 tahun.

Secara statistik, tingkat -2 standar deviasi berarti hanya 2,3 persen probabilitas data mencapai level ini, mengindikasikan level yang sangat murah bagi IHSG dan langka secara historis.

"Terakhir kali IHSG turun ke level ini adalah di tahun 2015. Tapi yang perlu digarisbawahi adalah kondisi fundamental Indonesia 2015 dengan saat ini yang berbeda," ujar Andrian seperti dikutip dari keterangan tertulisnya yang diterima Kompas.com, Jumat (6/3/2020).

Andrian menjelaskan pada waktu itu inflasi mencapai 7 persen mengindikasikan kenaikan harga barang yang tinggi, sementara saat ini inflasi terjaga di 2,7 persen.

Baca juga: Harga Saham Berguguran akibat Corona, tetapi Warren Buffett Tetap Berinvestasi

Dari sisi nilai tukar, di 2015 rupiah sempat melemah drastis dari Rp 12.800 ke hampir Rp 15.000 per dollar AS, sementara saat ini relatif stabil di kisaran Rp 14.000 per dollar AS.

"Jadi pelemahan IHSG yang signifikan saat ini lebih banyak dikontribusi oleh faktor fear dibandingkan fundamental. Oleh karena itu kami memandang koreksi IHSG saat ini bersifat sementara dan dapat menjadi peluang bagi investor jangka panjang," jelas dia.

Belajar dari historis, ini bukan kali pertama koreksi tajam terjadi di IHSG.

"Dan belajar dari historis pulalah, kita melihat koreksi tajam biasanya juga diikuti recovery yang cepat, selama fundamental makro ekonomi tetap solid," ujar Adrian.

"Seperti yang disampaikan sebelumnya, koreksi IHSG kali ini kami yakini lebih didorong oleh faktor non-fundamental karena sampai dengan saat ini, kami belum melihat adanya indikasi earnings perusahaan-perusahaan akan anjlok sebesar lebih dari 10 persen di tahun 2020 ini akibat penyebaran virus," jelas dia.

Baca juga: Sepanjang Hari hingga Penutupan, IHSG Betah di Zona Hijau

Dalam jangka pendek, volatilitas di pasar masih dapat terjadi mengingat penyebaran virus ini cukup mengejutkan semua pihak.

"Namun kami tetap meyakini bahwa pada akhirnya harga saham akan kembali ke nilai fundamentalnya. Oleh karena itu pasar yang sedang koreksi saat ini dapat menjadi peluang bagi investor untuk masuk ke pasar secara bertahap," tukas Adrian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com