Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Covid-19, Ekonomi RI 2020 Hanya 0,1 Persen

Kompas.com - 18/06/2020, 13:45 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Economist CIMB Niaga, Adrian Panggabean memproyeksi ekonomi RI sepanjang 2020 hanya akan berkisar 0,1 persen. Ekonomi akan terkontraksi di kuartal II, kemudian kembali merangkak naik di kuartal III dan kuartal IV.

"Secara internal saya komunikasikan ekonomi akan terkontraksi 3 persen di kuartal II. Tapi kemudian data baru muncul, kelihatannya bisa terkontraksi 5 persen," kata Adrian dalam webinar Merketeers Hangout, Kamis (18/6/2020).

Adrian menuturkan, ekonomi akan kembali bangkit di kuartal III  ke 0 persen. Sementara kuartal IV baru bisa tumbuh ke 2 persen. Secara keseluruhan, ekonomi RI bisa berkisar 0,1 persen.

"Menurut saya proyeksi ini di tengah-tengah, antara optimis dan pesimis. IMF memproyeksi 0,5 persen sepanjang 2020, tapi World Bank baru saja merevisi minus ke bawah," ujar dia.

Baca juga: Serapan Anggaran Penanganan Covid-19 Rendah, Bakal Berimbas Pada Perekonomian?

Sementara itu, pertumbuhan negara-negara ASEAN akan terkontraksi sebesar 2 sampai 5 persen. Adrian bilang, besarnya variasi/rentang memberikan gambaran ketidakpastian yang masih sangat besar, tergantung dari keberadaan gelombang kedua Covid-19 atau berhasilnya PSBB.

Ekonomi juga akan dipengaruhi oleh kecepatan recovery (penyembuhan) yang berbeda-beda di tiap negara. Ada beberapa negara yang masuk dalam kategori leader, followers, dan di bawahnya.

Dari data persebaran Covid-19, kondisi ekonomi, dan postur kebijakan, negara-negara seperti Korea Selatan, Taiwan, China, dan Vietnam bisa menjadi leader pertumbuhan.

Sementara Malaysia dan Jepang menjadi negara followers. Selanjutnya ada India, Indonesia, dan Singapura.

Walaupun recovery berbeda-beda, kekuatan rebound akan berbeda-beda. Bisa jadi Singapura masuk dalam kategori pertama meski menjadi salah satu negara dengan recovery terakhir.

"Karena kekuatan rebound ditentukan oleh faktor kemampuan untuk adaptasi, menciptakan ekosistem dalam ekonomi, luasnya ruang kebijakan, dan amunisi keuangan yang mereka punya. Singapura dalam hal ini (amunisi keuangan) besar, karena cadangan. devisa mereka jumlahnya besar," papar Adrian.

Adapun negara yang masuk dalam ketegori rebound gelombang pertama, antara lain Singapura, Korea Selatan, Taiwan, China, dan Vietnam.

"Yang kedua adalah Indonesia, India, dan Filipina. Negara-negara ini punya masalah dalam mengadaptasi/adjust ekonominya dengan kondisinya yang baru, ruang kebijakannya tidak terlampau luas, dan kemampuan koordinasi pemerintah pusat dengan daerah kelihatan berat," sebut Adrian.

Baca juga: Ekonomi Indonesia Diprediksi Baru Bangkit di Kuartal III 2020

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com