Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Indikator Ekonomi Membaik, RI Tak Akan Resesi Dalam Waktu Dekat

Kompas.com - 03/07/2020, 12:48 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyatakan ada indikator awal yang memperlihatkan Indonesia tidak akan jatuh ke lubang resesi dalam waktu dekat.

"Jadi indikatornya memang too early (terlalu awal), tapi menggambarkan bahwa kita tidak menuju pada titik resesi seperti yang dikhawatirkan orang meski proyeksi pertumbuhan di triwulan II melemah," kata Dody dalam konferensi video, Jumat (3/7/2020).

Indikator pertama terlihat dari indeks volatilitas yang mengukur ketidakpastian (uncertainty) membaik meski masih terlihat adanya penyebaran Covid-19 di negara-negara besar, yakni AS, Rusia, India, dan Brazil.

Baca juga: Menko Airlangga: Kuartal II Indonesia Sudah Masuk Zona Resesi

Indeks VIX membaik ke level 34, meski level ini tak lebih baik dari kondisi sebelum Covid-19 di level 18.

"Ini artinya masih menggambarkan risiko itu masih ada, meski hari-hari ini sedikit melandai dibandingkan puncaknya. Kalau kita lihat konteks cash is the king masih ada terutama valas walau tidak sebesar bulan Maret," ucap Dody.

Indikator selanjutnya adalah masuknya aliran modal asing (capital inflow) di pasar uang setelah terjadi penarikan besar-besaran.

Tercatat dalam data transaksi tanggal 22-25 Juni 2020, aliran modal asing masuk ke pasar SBN sebesar Rp 4,92 triliun. Namun masih terjadi aksi jual sebesar Rp 1,52 triliun di pasar saham dalam periode yang sama.

"Inflow relatif masuk meski secara terbatas. Ini bisa jadi salah satu poin, Inflow masih besar sepanjang yield return yang ditawarkan RI masih atraktif dan kondisi domestik masih lebih baik," jelas Dody.

Baca juga: Pertama Kalinya dalam 29 Tahun, Australia Mengalami Resesi

Kemudian, dibukanya perdagangan di China membantu meningkatkan volume perdagangan naik pada bulan Mei 2020. Sebagai salah satu mitra dagang utama RI, Negeri Tirai Bambu ini membantu ekspor Indonesia pada Mei mengalami peningkatan.

Komoditas yang masih berkinerja baik, antara lain emas dan besi baja. Nikel bisa saja berkontribusi mendorong ekspor ke depan sepanjang distribusinya kembali dibuka.

Selanjutnya, terjadi kenaikan bongkar muat kapal impor di pelabuhan dibandingkan kuartal I 2020. Tendensi panic buying beras dan barang kesehatan menurun, rupiah stabil secara fundamental, serta inflasi tetap rendah pada kisaran sasaran 2020 dan 2021.

"Mudah-mudahan masih berlangsung, sudah ada titik pencerahan," pungkas Dody.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com