Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkop Minta Koperasi Pangan Masuk Skala Bisnis

Kompas.com - 20/07/2020, 14:32 WIB
Elsa Catriana,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meminta sejumlah koperasi-koperasi yang ada di sektor pangan untuk mau masuk ke dalam skala bisnis supaya koperasi tersebut bisa bertumbuh dan terus berkembang.

Ia mengatakan bahwa pihaknya siap memberikan berbagai alternatif pembiayaan bagi koperasi pangan apabila ada koperasi yang mengalami masalah likuiditas.

“Ada skema pembiayaan talangan karena semua ritel atau juga non ritel itu tidak bisa cash karena konsinyasi 14 hari. Jadi saya kira kebutuhan-kebutuhan ini nanti akan kita selesaikan supaya betul-betul koperasi bisa tumbuh besar,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin (20/7/2020)

Baca juga: Chatib Basri: Persoalan Bank Saat Ini Bukan Likuiditas, tapi....

Teten pun mencontohkan misalnya saja seperti Koperasi Gapoktan Tani Mulus. Saat ini, kata dia, Koperasi Gapoktan telah berhasil mengolah lahan pertanian seluas 278 hektar dengan dukungan modal dari pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) yang diperoleh dari Bank Sinarmas.

Mulai tahun ini, Koperasi Gapoktan Tani Mulus ini pun telah menargetkan adanya penambahan lahan garapan seluas 10.000 hektar.

“Kalau produksinya dalam skala bisnis koperasi bisa mendapatkan market yang stabil, juga mendapatkan skema pembiayaan baik pembiayaan modal kerja untuk produksi, maupun investasi untuk pembangunan RMU dan pengolahan hasil padinya,” katanya.

Baca juga: Chatib Basri: Dorong Permintaan, Berikan Uang ke Kelompok Menengah Bawah

Selain itu Teten juga berpendapat bahwa koperasi bisa tumbuh besar apabila didukung dengan skema pembiayaan yang terhubung dengan market. Ia pun menyebut saat ini telah banyak petani yang menjual hasil panennya langsung ke pasar.

"Tentu apabila ada petani yang menjual hasil panennya langsung ke pasar, biasanya bisa menyebabkan para petaninya menjadi tidak terlindungi. Mereka juga bisa mengalami permainan harga dan itu bisa merugikan," kata dia.

Dengan adanya konsep korporatisasi petani ini, kata dia, diharapakan koperasi bisa melindungi para petaninya dari permainan harga.

Selain itu juga koperasi diharapkan bisa memberikan dana talangan kepada petani ketika dibutuhkan di saat panen raya, yang biasanya bisa menahan penjualan padi di panen raya ketika harga jatuh.

Baca juga: Ternyata Ini yang Bikin Orang Kaya Makin Kaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com