Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Investor AS Enggan Tanamkan Modal di Indonesia

Kompas.com - 06/08/2020, 16:06 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Penasihat Umum Lembaga Pengembangan Internasional Amerika Serikat (AS) John Gardner menjelaskan hal yang menjadi penghambat bagi perusahaan AS untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Salah satu penghambatnya adalah banyaknya regulasi di pemerintahan yang harus dilalui para investor agar memperoleh izin untuk menanamkan modal.

"Data menunjukkan bahwa regulasi di Indonesia tidak mendukung perusahaan-perusahaan AS untuk berinvestasi di Indonesia," kata Gardner dalam webinar bertajuk Relocating Investment to Indonesia, awal pekan ini.

Baca juga: Ini 3 Alasan Investor Lebih Pilih Vietnam Ketimbang Indonesia

Menurut Gardner, berdasarkan penelitian USAID, ada sekitar 15.000 peraturan di tingkat menteri yang berkaitan dengan investasi.

"Salah satu penelitian menunjukkan ada hampir 15.000 peraturan menteri di Indonesia. Dan 95 persen di antaranya baru disahkan pada tahun 2010," tutur Gardner.

Selain di pemerintah pusat, hambatan yang ditemui para investor yang muncul dari aturan pemerintah daerah (pemda).

"Beberapa peraturan pemerintah daerah bisa sangat berbahaya terhadap upaya menarik investasi asing (FDI)," ungkap Gardner.

Namun demikian, ia menyambut baik upaya pemerintah menyusun Rancangan Undang-undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja yang memangkas segala aturan yang menghambat investasi.

Baca juga: Hinggu Juni, HKI Sebut Ada 50 Investor Berinvestasi di RI

"RUU Omnibus Law memangkas sekitar 1.200 pasal, ini penting untuk terus mendorong reformasi (birokrasi) lebih lanjut," jelasnya.

Selain itu, Gardner memandang pemerintah juga perlu berupaya terus menaikkan peringkat kemudahan berbisnis atau ease of doing business (EODB) agar dapat menarik investasi secara inklusif. Saat ini, posisi Indonesia masih berada pada urutan ke-73 dari 190 negara.

"Menaikkan peringkat Indonesia secara global dalam EODB akan menjadi sinyal kuat bagi investor asing. Peringkat Indonesia sekarang jauh tertinggal dari para pesaingnya seperti Malaysia dan Vietnam. Dan saya sarankan Indonesia harus bergerak sangat agresif dalam hal ini. Seperti negara, atau regional lain, maupun di Asia Tenggara sendiri," sebutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com