Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paling Terpukul di Asia, Singapore Airlines Rugi Rp 36,49 Triliun akibat Covid-19

Kompas.com - 08/11/2020, 06:05 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

SINGAPURA, KOMPAS.com - Maskapai penerbangan Singapore Airlines melaporkan kerugian bersih senilai 3,46 miliar dollar Singapura atau 2,57 miliar dollar AS hingga September 2020.

Angka itu setara dengan Rp 36,49 triliun (kurs Rp 14.200). Perseroan menyebut kerugian bersih disebabkan pandemi Covid-19 terus mengikis permintaan perjalanan internasional.

Selama 3 bulan terakhir, maskapai telah mengalami kerugian bersih senilai 2,34 miliar dollar Singapura. Penghasilan itu merupakan yang terburuk secara kuartalan selama maskapai berdiri.

 

Baca juga: Kiat Maskapai Bertahan Saat Pandemi: Thai Airways Jualan Gorengan, AirAsia Bisnis Akikah

Hasil kuartalan kedua terburuk adalah kerugian bersih pada April hingga Juni 2020 sebesar 1,12 miliar dollar Singapura.

Mengutip Nikkei Asia, Minggu (8/11/2020), sebagian besar catatan merah berasal dari biaya penurunan nilai sebesar 1,33 miliar dollar Singapura pada pesawat-pesawat tua. Karena itulah perusahaan bakal melepas 26 dari 222 pesawat.

"Setelah selesainya kajian bisnis jangka panjang, diketahui jumlah pesawat yang ada terlalu banyak untuk memenuhi kebutuhan persyaratan terbang," kata perseroan.

Singapore Airlines merupakan maskapai penerbangan yang paling terpukul di Asia, lantaran tidak memiliki penerbangan rute domestik.

Maskapai ini mengoperasikan penerbangan antara Singapura dan 43 negara tujuan secara global pada akhir September, naik dari 32 negara tujuan pada bulan Juni.

Permintaan perjalanan penumpang tetap lemah, meski Singapura secara bertahap membuka kembali perbatasannya untuk membantu industri transportasi yang terkepung.

Baca juga: DBS: Maskapai Akan Lebih Lama Pulih Dibanding Sektor Usaha Lain

Tercatat selama 3 bulan hingga September, grup Singapore Airlines, termasuk penerbangan jarak dekat SilkAir dan penerbangan berbiaya rendah Scoot, mengangkut 98,8 persen lebih sedikit penumpang dibandingkan tahun sebelumnya.

Volume kargo dan surat pun turun 44 persen, yang mengakibatkan pendapatan perseroan di kuartal III turun lebih dari 80 persen dibanding tahun sebelumnya.

Karena lemahnya permintaan, 143 dari 222 pesawat penumpang dan kargo di-grounded.

Posisi keuangan terjaga

Kendati merugi besar, posisi keuangan Singapore Airlines tetap kuat, karena telah mengumpulkan 11,3 miliar dollar Singapura melalui penjualan saham baru, yang didukung oleh investor Singapura dan pemegang saham utama, Temasek Holdings, serta kegiatan pembiayaan lainnya.

Maskapai menyebut telah memiliki persetujuan dari pemegang saham untuk mengumpulkan dana tambahan hingga 6,2 miliar dollar Singapura melalui obligasi konversi.

Baca juga: Bos Lion Air Mau Luncurkan Maskapai Baru di Indonesia

"Grup terus mencari dana tambahan untuk memperkuat (perseroan) lebih lanjut selama periode ketidakpastian ini," ujar perusahaan.

Terakhir, Singapore Airlines mengakui pemulihan dari pandemi kemungkinan akan tetap berjalan tidak merata, mengingat gelombang baru infeksi di seluruh dunia dan kekhawatiran tentang kasus impor masih ada.

"Tapi kami siap untuk dengan cepat dan tegas mengambil semua peluang, dan menanggapi setiap perubahan buruk yang mungkin timbul," tutup Singapore Airlines.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com