Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadin: 2021 Jadi Peluang RI Tingkatkan Kontribusi Ekspor terhadap PDB

Kompas.com - 20/01/2021, 13:48 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, tahun 2021 menjadi peluang bagi Indonesia dalam meningkatkan kontribusi ekspor terhadap PDB.

Shinta menyebut, pemulihan ekonomi yang ditandai dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi negara dan pulihnya perdagangan global menjadi momentum emas bagi Indonesia. Apalagi, RI sudah menantangani perjanjian dagang RCEP.

"Ini kesempatan emas di Indonesia bahwa kita sudah berhasil tandatangani RCEP, terutama karena menargetkan 67 persen penerimaan ekspor khususnya dari negara ASEAN asean dan negara lainnya," kata Shinta dalam diskusi publik Katadata Stimulus Covid-19 dan RCEP, Rabu (20/1/2020).

Baca juga: Sri Mulyani Berharap Tak Ada Korupsi di Proyek Infrastruktur yang Dibiayai Surat Utang Syariah

IMF memproyeksi, ekonomi dunia secara rata-rata akan tumbuh 5,2 persen dengan Asia Pasifik menjadi kawasan tingkat pertumbuhan terbaik kedua dunia setelah kawasan Asia Selatan, yakni 6,2 persen.

Pertumbuhan Asia Pasifik ditopang oleh China sebesar 8,2 persen. Disusul negara ASEAN lain seperti Malaysia, 7,8 persen, Vietnam 6,7 persen, dan Indonesia 6,1 persen.

Sejalan dengan proyeksi ekonomi, World Trade Organization (WTO) memproyeksi perdagangan global mulai pulih ke level 7,2 persen di tahun 2021. Padahal pada Oktober 2020, perdagangan masih terkontraksi -6,2 persen.

Menariknya, kawasan Asia akan mengalami pemulihan yang lebih tinggi. Volume ekspor Asia yang terkontraksi -4,5 persen pada 2020 akan berjalan ke level 5,7 persen pada 2021.

"Ini semua mengindikasikan bahwa perdagangan di Asia akan rebound (pulih) lebih cepat dan solid. Tapi catatannya, bagaimanapun pengendalian Covid-19 adalah (kunci) yang utama," tutur Shinta

Ubah struktur ekspor

Untuk memaksimalkan, Indonesia perlu mengubah struktur ekspor dari komoditas bahan mentah menjadi produk bernilai tambah dan atau produk non-komoditas.

Hingga kini, komoditas bahan mentah masih jadi acuan ekspor di Indonesia. Data ekspor tahun 2019 dari BPS menunjukkan, sebanyak 38 persen dari total ekspor dikontribusi oleh komoditas tersebut. Jumlah itupun hanya dilihat dari 4 komoditas unggulan, yakni batubara, kelapa sawit, emas, dan karet.

"Ini belum termasuk komoditas pangan seperti, kopi, teh, kelapa, ikan, dan udang. Belum termasuk komodutas energi seperti gas alam, dan komoditas lainnya seperti bijih logam. Komoditas ini semuanya dikontrol oleh fluktuasi global," ungkap Shinta.

Baca juga: Terus Menguat, Aset Kripto Ethereum Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah

Tak bisa dimungkiri, ekspor komoditas ini masih bisa menopang dalam jangka pendek. Namun secara jangka panjang, harganya akan stagnan bahkan turun.

Bank Dunia memproyeksi, harga komoditas pada tahun 2030 mendatang tidak akan lagi mencapai harga booming pada tahun 2010, seiring dengan adanya energi terbarukan. Artinya secara jangka menengah dan panjang, ekspor komoditas RI tak bisa lagi menopang pertumbuhan.

"Penting bagi kita untuk dapat mendiversifikasi output ekspor nasional ke produk bernilai tambah atau non-komoditas, untuk mendukung pertumbuhan di jangka menengah-panjang," pungkas Shinta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Whats New
BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

Whats New
Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Whats New
Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Whats New
Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com