Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaat Pupuk Bersubsidi Dipertanyakan, Ini Jawaban Mentan

Kompas.com - 26/01/2021, 10:37 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Program pupuk bersubsidi menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir, usai Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung soal imbal hasil dari berjalannya program tersebut selama beberapa tahun. Sebab anggaran yang digelontorkan cukup besar yakni Rp 33 triliun per tahunnya.

Jokowi ingin program pupuk bersubsidi memberikan hasil yang signifikan dalam meningkatkan produktivitas pertanian dalam negeri. Ia pun meminta untuk lakukan evaluasi pada program tersebut agar berjalan efektif.

"Kalau tiap tahun kita keluarkan subsidi pupuk sebesar itu, kemudian tidak ada lompatan di sisi produksinya, artinya ada yang salah, ada yang enggak bener di situ," ujarnya dalam Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2021, Senin (11/1/2021) lalu.

Baca juga: Harga Pupuk Subsidi Naik, TaniHub Bantu Petani Lakukan Efisiensi

Persoalan pupuk bersubsidi ini pun pada akhirnya membuat Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo angkat suara. Dia menebutkan, ada hasil yang signifikan dari berjalannya program tersebut.

Dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, ia mengatakan, manfaat yang signifikan dari program pupuk bersubsidi terlihat dari nilai tambah dan tingkat produktivitas padi yang cukup tinggi.

Syahrul menjelaskan, total kebutuhan pupuk secara nasional yang ingin disubsidi sebanyak 21 juta ton untuk luas baku sawah sebesar 7,46 juta hektar. Namun, yang bisa dipenuhi pemerintah hanya 9 juta ton, di mana untuk petani teralokasi 6,1 juta ton.

Dengan besaran jumlah pupuk subsidi itu pun, nilai tambah produksi sebagai dampak pupuk bersubsidi mencapai Rp 98,4 triliun. Ini berdasarkan hasil kajian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan.

"Jika dibanding dengan anggaran yang digunakan rata-rata 2014-2020 Rp 28,1 triliun, maka nilai manfaatnya mencapai 250 persen," ungkap Syahrul dalam rapat kerja, Senin (25/1/2021).

Ia melanjutkan, dari segi produktivitas padi, berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia bahkan lebih tinggi dari beberapa negara produsen beras.

Rata-rata produktivitas padi Indonesia mencapai 5,19 ton per hektar, sementara Thailand 3,09 ton per hektar, Filipina 3,97 ton per hektar, India 3,88 ton per hektar, serta Pakistan 3,84 ton per hektar.

"Produktivitas padi tersebut masih terdapat peluang untuk ditingkatkan," imbuhnya.

Syahrul menambahkan, berdasarkan tinjauannya saat menjadi gubernur dan bupati, tanpa adanya pupuk umumnya produksi padi paling banyak 3,5 ton-4 ton per hektar. Namun dengan pupuk produksinya menjadi berkisar 5-6 ton per hektar, bahkan bisa mencapai 7 ton per hektar.

Oleh sebab itu, Syahrul menekankan, program pupuk bersubsidi penting untuk terus diadakan setiap tahunnya. Jika tidak akan sangat mempengaruhi produktivitas padi nasional.

"Kalau pupuk bersubdisi mau dihilangkan, saya khawatir produktivitas juga langsung jatuh. Misal ini diintervensi turun 50 persen dari alokasi sekarang, saya khawatir itu turunkan 20-24 persen dari hasil yang ada sekarang, dan itu nilainya triliunan," jelasnya.

Hambatan Dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com