Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Sinergi dengan PNM dan Pegadaian, Bos BRI: Bukan Akuisisi, Bukan Holding...

Kompas.com - 25/02/2021, 16:51 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso pede penyatuan Pegadaian dan PNM ke BRI tidak akan mengambil pangsa pasar UMKM bank pelat merah itu.

Pasalnya menurut Sunarso, penyatuan tiga perusahaan BUMN tersebut bukan holding, bukan pula akuisisi. Hanya saja, pemerintah mengalihkan saham dari PNM dan Pegadaian kepada BRI.

"Bukan akuisisi, bukan (membentuk) holding, tapi membentuk ekosistem. Kenapa perlu dibangun? Supaya bisa jalan sendiri-sendiri dan arahnya bisa saling bersaing," kata Sunarso dalam CNBC Outlook, Kamis (25/2/2021).

Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Skema Penggabungan BRI, Pegadaian, dan PNM

Sunarso menilai, penyatuan tiga perusahaan BUMN itu sudah sejalan dengan strategi pertumbuhan BRI.

Ketiga perusahaan BUMN ini bakal bekerjasama menyasar segmen-segmen yang belum terpapar lembaga keuangan formal. Artinya, tidak ada istilah mencaplok pangsa pasar BRI.

"Apakah akan mengambil pangsa pasar? Tidak (mengambil pangsa pasar kami). Jadi lebih baik menumbuhkembangkan yang sudah ada dan kemudian mencari ke segmen yang belum terpapar," ujar Sunarso.

Dia bilang, menyasar segmen secara bersama-sama akan mempercepat penetrasi lembaga keuangan ke seluruh elemen masyarakat.

Berdasarkan data, masih ada sekitar 18 juta UMKM yang lebih terlayani lembaga keuangan formal sama sekali. Sebanyak 5 juta dari 57 juta UMKM pun masih dilayani renternir dengan bunga 100-500 persen per tahun.

Sementara 7 juta di antaranya masih mengandalkan keluarga, kerabat, dan sahabat untuk meminjam uang.

"Jadi sasaran kita mengemaskan 18 juta yang belum terlayani ini supaya bisa dilayani dengan baik," ucap dia.

Baca juga: Erick Thohir Mau Sinergikan Pegadaian, Karyawan: Akankah Masih Bisa Layani Rakyat Kecil?

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir berencana mensinergikan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Permodalan Nasional Madani (PMN) dan PT Pegadaian. Sinergi tersebut dilakukan demi mengembangkan pembiayaan bagi pelaku usaha ultra mikro.

Menurut mantan bos Inter Milan itu, saat ini bisnis model PMN dan Pegadaian sangat bagus. Namun, pembiayaan yang diberikan berjangka panjang dan memiliki biaya tinggi.

“Kalau kita lihat sekarang PNM bisnis modelnya sangat bagus. Tapi pendanaannya sangat mahal. Jadi sangat tidak fair kalau kita membantu korporasi besar bunganya 9 persen, tapi PNM harus lebih mahal. Bukan salah PNM-nya, tapi akses dananya mahal,” ujar Erick.

Baca juga: Laba Bersih PNM di 2020 Merosot Jadi Rp 359 Miliar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com