Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dorong Kompetisi Sehat, Pemerintah Diminta Susun Regulasi E-Commerce

Kompas.com - 08/03/2021, 19:18 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan e-commerce di Indonesia yang sangat pesat akhir-akhir ini menimbulkan masalah baru, yakni memunculkan persaingan yang tidak sehat antar-penjual.

Hal itu tecermin dari banjirnya produk impor lewat e-commerce dengan harga jual yang sangat rendah hingga mematikan pelaku usaha dalam negeri.

Pemerintah menyebutnya skema predatory pricing, yaitu strategi penjualan dengan mematok harga yang sangat rendah sehingga menarik pembeli. Tujuannya untuk menyingkirkan pesaing dari pasar dan mencegah pelaku usaha lain masuk ke pasar yang sama.

Baca juga: 4 Tips Laris Jualan Online di Platform E-commerce

Peneliti Center for Innovation and Digital Economy Indef, Media Wahyudi Aska mengatakan, pemerintah memang perlu segera membuat regulasi yang mendukung perdagangan sehat di e-commerce. Persoalan e-commerce ini dihadapi hampir seluruh negara di dunia.

"Terkait predatory pricing ini mungkin saja terjadi, yakni ketika investor memaksa vendor, dan ini secara legal, untuk menentukan harga dan menutup pesaing mereka," ujar Media dalam webinar Indef, Senin (8/3/2021).

Ia mengatakan, praktik predatory pricing di e-commerce memang sulit untuk dibuktikan dan diperlukan studi lanjut. Namun, menurut Media, banyak e-commerce di dunia yang memang seringkali melakukan monopoli.

Dia mencontohkan, salah satu e-commerce terbesar di dunia, Amazon pun melakukan monopoli perdagangan di Eropa hingga mengalami gugatan. Amazon dinilai melakukan serangkaian kebijakan untuk menghambat kompetitor masuk ke dalam pasar mereka.

“Platform-platform besar bahkan membuat produk sendiri dan mematikan produk lokal, kadang tidak memunculkan suatu produk di platformnya, serta menentukan barrier-barrier tertentu sehingga menimbulkan monopoli," paparnya.

Baca juga: Unicorn E-Commerce Bakal IPO Tahun Ini, Begini Persiapan BEI

Hal itulah yang perlu segera diantisipasi oleh pemerintah. Ia bilang, teknologi berkembangan sangat pesat dan regulasi harus mampu mengikutinya agar perdagangan yang berbasis daring pun bisa terjadi secara kompetitif.

"Saya kira ini yang harus segera direspon pemerintah. Kebijakan adalah hal yang perlu diterapkan pemerintah supaya monopoli tidak terjadi," imbuhnya.

Ia menegaskan, kompetisi yang sehat pada pasar e-commerce perlu dijaga, jangan sampai hanya platform-platform tertentu yang menguasai pasar dengan porsi yang signifikan.

Menurutnya saat ini produk impor lewat e-commerce yang masuk ke Indonesia hampir 100 persen berasal dari China. Hal itu sejalan dengan sebagian kepemilikan saham dua e-commerce besar di Indonesia yang memang dimiliki China.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com