Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbankan Menumpuk Likuiditas di SBN

Kompas.com - 29/09/2021, 12:53 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Likuiditas perbankan masih melimpah ruah seiring kucuran kredit yang belum bisa mengalir deras.

Berdasarkan data analisis uang beredar Bank Indonesia (BI), Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan per Agustus 2021 mencapai Rp 6.784,7 triliun atau tumbuh 8,9 persen year on year (YoY).

Sementara outstanding kredit dalam data tersebut hanya tumbuh 1 persen. Dengan permintaan kredit yang belum optimal, perbankan harus mencari strategi mengelola likuiditas tersebut agar bisa menutupi biaya dana yang harus ditanggung. Strateginya tentu dengan menempatkan dana di Surat Berharga Negara (SBN).

Baca juga: Per 31 Agustus, BI Serap SBN senilai Rp 137,49 Triliun

Alhasil, kepemilikan bank di SBN terus meningkat. Merujuk pada data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, kepemilikan bank di SBN per 14 September 2021 mencapai Rp 1,463.65 triliun. Itu meningkat 5,14 persen dari periode Juni 2021 atau naik 6,4 persen dari akhir tahun lalu.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) salah satu yang mencatat kenaikan pengelolaan likuiditas lewat SBN.

Per Juni 2021, kepemilikan BRI di surat berharga mencapai Rp 255 triliun. Bahkan, trennya terus meningkat hingga September ini.

"Jika dibandingkan dengan Juni 2021, tren kepemilikan BRI atas SBN mengalami peningkatan pada bulan Agustus dan September 2021," kata Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI.

Instrumen Alternatif

Dia menjelaskan, SBN merupakan instrumen alternatif bagi BRI untuk melakukan investasi jangka pendek atas likuiditasnya. Hal itu dilakukan untuk menjaga aspirasi NIM serta pendapatan non-bunga sesuai target BRI dan tetap mengedepankan pengelolaan risiko secara prudent.

Hingga akhir tahun, BRI memproyeksikan kepemilikannya di SBN masih akan naik seiring dengan likuiditas bank yang cukup besar. Aestika bilang, penempatan itu akan menjadi penyeimbang pertumbuhan kredit yang mulai membaik.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga memperkirakan penempatan dana di SBN akan semakin meningkat seiring dengan dukungan likuiditas perseroan yang sangat memadai.

"Peningkatan juga tentu dengan mempertimbangkan imbal hasil yang baik dan instrumen yang beresiko rendah," kata Vera Eve Lim, Direktur Keuangan BCA.

Per Juli 2021, kepemilikan BCA secara bank only di SBN mencapai Rp 207,2 triliun. Namun, posisi tersebut tercatat menurun jika dibandingkan dengan periode Maret 2021 sebesar Rp 208,9 triliun.

BCA mencermati bahwa penempatan dana pada surat berharga merupakan bagian dari strategi perseroan menyeimbangkan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat dan sekaligus mendukung perekonomian nasional di tengah tantangan terkini.

Baca juga: Anggaran PEN Naik, BI Ogah Ikut Danai SBN Lewat Pembelian Langsung

Sementara PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan Bank Panin cenderung mengalami penurunan penempatan dana di SBN hingga Agustus dibanding posisi Juni. BTN turun 10 persen dan Bank Panin turun Rp 1 triliun menjadi sekitar Rp 28 triliun-Rp 29 triliun.

Penurunan kepemilikan BTN di SBN sejalan dengan ekspansi kredit perseroan yang semakin lancar. Haru Koesmahargyo Direktur Utama BTN mengatakan, kredit perseroan di bulan Agustus naik Rp 2,7 triliun atau 1,04 persen dari bulan Juni.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com