Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau Beli Saham Infrastruktur, Ini Hal yang Perlu Diperhatikan Investor

Kompas.com - 18/11/2021, 15:11 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Menjelang tutup tahun, beberapa saham infrastruktur dan telekomunikasi berencana menggalang dana dengan melepas sahamnya ke publik atau initial public offering (IPO), bahkan dengan nominal fund raised jumbo.

Menurut Gembong Suwito, CFP Perencana Keuangan Finansialku, langkah IPO perusahaan merupakan alternatif pencarian pendanaan untuk mendorong kinerja di masa depan.

Apalagi, trend IPO belakangan ini juga tidak sedikit perusahaan yang mengalami oversubscribe saat melalui proses book building.

Baca juga: Badan Pengelola Keuangan Haji Resmi Jadi Pemegang Saham Pengendali Bank Muamalat

“Jadi peluang IPO emiten infrastruktur juga masih prospektif, apalagi dari sisi data ekonomi makro dan laporan keuangan perusahan di BEI menunjukkan perbaikan kinerja,” ujar Gembong kepada Kompas.com, Kamis (18/11/2021).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 18 Oktober 2021 terdapat 38 perusahaan yang sudah melakukan IPO dengan dana terkumpul sebesar Rp 32,14 triliun.

Sejak 3 tahun terakhir, jumlah emiten yang IPO di BEI rata-rata 50-an emiten, termasuk sektor infrastruktur.

Dia menjelaskan, bagi investor yang ingin membeli saham IPO emiten infrastruktur ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian, antara lain model bisnis dan prospek saham IPO yang bisa dilihat dalam prospektus dan rencana penggunaan dana dari hasil IPO.

Kemudian, perlu adanya analisa yang digunakan untuk membeli saham IPO. Misalkan saja, model analis fundamental yang memerlukan data laporan kinerja emiten paling tidak 5 tahun terakhir.

Baca juga: Jadi Pemegang Saham Pengendali, BPKH akan Suntik Rp 3 Triliun ke Bank Muamalat

Selanjutnya, dana yang akan diinvestasikan di saham IPO tidak lebih dari 5 hingga 10 persen dari portofolio saham.

“Investor juga perlu menentukan tujuan membeli saham IPO, apakah trading jangka pendek memanfaatkan ueforia pola IPO yang mengalami rata-rata kenaikan, atau tujuan investasi. Investor juga harus memiliki trading plan dan money management yang baik jika membeli saham IPO,” ujar Gembong.

Seperti diketahui, sektor infrastuktur yang melakukan IPO Jumbo yaitu PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel dengan target IPO Rp 18,3 triliun dengan harga Rp 800 per saham.

Adapun jumlah saham yang ditawarkan dalam IPO sebanyak 22,92 miliar, atau setara dengan 27,63 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com