Oleh: Alifia Riski Monika dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Salah satu daerah yang menjadi destinasi wisata di Jawa Timur adalah Kota Batu. Awalnya, Kota Batu merupakan pecahan dari Kabupaten Malang.
Meskipun telah menjadi kota sendiri, bukan berarti Kota Batu menanggalkan daya tariknya, khususnya oleh-oleh yang terdapat di daerah wisata.
Adapun potensi wisata dari suatu daerah akan memengaruhi bisnis oleh-oleh. Bila wisata di suatu daerah ramai, maka tempat oleh-oleh pun turut menjadi incaran bagi pelancong lokal maupun luar negeri.
Bersama Riskha Fairunissa yang merupakan eks member JKT48 dan suaminya, Rendy Pratama, akan membahas usaha oleh-oleh mereka di Batu-Malang dalam siniar CUAN bertajuk “Bisnis Story: Brawijaya Oleh-oleh, Batu-Malang”.
Riskha mengatakan, salah satu hal yang menjadi pemicu adalah karena munculnya taman wisata Jatim Park di Batu. Berdasarkan Laman Jatim Park, tempat tersebut sudah memiliki tiga cabang. Cabang terakhirnya berdiri di tahun 2016, bersamaan dengan mulainya bisnis Rishka dan Rendy.
“Jatim Park itu, memang salah satu trigger-nya,” ungkap Rendy.
Bukan hanya Jatim Park yang berperan menjadi pendukung ramainya usaha oleh-oleh Riskha dan Rendy, lokasi berjualan juga memiliki perannya sendiri.
Dengan memilih lokasi yang strategis, seperti di pinggir jalan raya dan mengarah ke alun-alun kota, pasangan Rishka dan Rendy berupaya memaksimalkan bisnis oleh-oleh mereka yang bernama Brawijaya Oleh-oleh.
Baca juga: Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum Memulai Usaha
Tentu saja tak hanya mereka yang menjalankan bisnis oleh-oleh, ada banyak pesaing di luar sana yang sama-sama membangun bisnis ini.
Berikut siasat yang dilakukan oleh Riskha dan Rendy dalam menghadapi persaingan bisnisnya.
Rishka dan Rendy mencoba untuk membuat makanan unggulan yang mereka buat sendiri dan nantinya dijadikan sebagai ikon dari Brawijaya Oleh-oleh.
Makanan-makanan yang telah mereka coba buat contohnya pia, pai susu, dan yang terbaru adalah bluder oma.
Pandemi menyebabkan pembatasan aktivitas hingga ke berbagai sektor. Brawijaya Oleh-oleh sendiri sempat berhenti berjualan selama empat bulan pertama pandemi.
Itu sebabnya, Riskha mengusung agar Brawijaya Oleh-oleh memasarkan penjualan mereka di e-commerce yang ada. Terlebih, beberapa barang mereka ada juga yang berasal dari UMKM, maka dari itu upaya berjualan secara daring dilakukan selama pandemi.