Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manajemen Coca Cola: Kenaikan Harga BBM Buat Perusahaan Setengah Mati Babak Belur

Kompas.com - 23/09/2022, 18:18 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Coca Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP) Public Affairs, Comunications, and Sustainability untuk Indonesia dan Papua Nugini, Lucia Karina mengungkapkan, kenaikan harga BBM tidak hanya berdampak terhadap pekerja, namun juga bagi perusahaan.

Dia bilang, hari ini (23/9/2022), pihaknya juga diajak berdiskusi dengan Dinas Perhubungan (Dishub) setempat membahas imbas kenaikan harga BBM dan permintaan kenaikan biaya logistik.

"Soalnya dengan kenaikan BBM ini bukan hanya karyawan saja yang kena, perusahaan setengah mati babak belur ini. Sebenarnya jam 10 ini kami ada diskusi juga dengan Dinas Perhubungan terkait permintaan kenaikan biaya logistik yang luar biasa," ungkapnya secara virtual dalam wawancara eksklusif, Jumat (23/9/2022).

Baca juga: Harga BBM Naik, BI Perkirakan Inflasi Tembus 6 Persen di Akhir 2022

Karina akrab disapa ini juga menjelaskan, saat ini pihak perusahaan masih terus berdialog dengan karyawannya yang bernaung di 19 serikat pekerja mengenai persoalan kenaikan harga BBM.

"Ini memang tidak mudah ya terkait dengan BBM tetapi saya baru saja melakukan Bipartit meeting dengan sertifikat pekerja karena kami ada 19 serikat Pekerja. Jadi terpaksa biparti itu terbagi-bagi. Mereka juga sempat menyampaikan hal tersebut tetapi mereka juga menyadari kondisi yang dihadapi perusahaan," lanjut dia.

Pekerja Coca Cola yang tergabung dalam serikat pekerja ini pun tidak menepis kondisi perusahaan yang telah mengeluarkan banyak dana insentif sejak awal pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.

Baca juga: Menteri PUPR Akan Lakukan Penyesuaian Tarif Tol akibat Kenaikan Harga BBM

"Yang kedua mereka juga menyadari bahwa perusahaan sendiri itu sudah memberikan beberapa insentif. Sebelumnya kami pernah memberikan insentif Covid-19 dan itu nilainya cukup besar," ungkap Karina.

"Pada akhir tahun lalu, karyawan menerima 25 persen sebagai insentif. Kemudian kami memberikan insentif yang lain berupa insentif vitamin, asupan internet kuota, dan sebagainya," sambungnya.

Jadi, kata Karina, para karyawan yang bekerja di perusahaan bidang minuman asal Amerika Serikat (AS) ini sangat sangat memahami persoalan dampak kenaikan harga BBM.

"Ini permasalahan yang harus dihadapi bersama oleh perusahaan dan karyawan sehingga Alhamdulillah dengan posisi yang seperti ini mereka paham lah ini juga di luar dugaan dari perusahaan. Sementara kami juga dituntut dengan kenaikan biaya logistik yang luar biasa dan biaya-biaya lain yang juga naik bukan hanya biaya logistik saja, tetapi biaya bahan baku juga naik," jelasnya.

Selama dialog bipartit terus berlanjut, dia berharap menemukan solusi tidak hanya bagi pekerja, begitu pula dengan perusahaan.

"Jadi ini masih dalam tahap berdiskusi terus. Mudah-mudahan sih segera ada solusinya yang bisa menjadi jalan tengah semuanya. Tapi yang pasti diskusi dengan mereka dan mereka paham dengan kondisi kami sehingga tuntutan itu tidak menjadi sangat kritikal," pungkas Karina.

Baca juga: Harga BBM Naik, TIKI Belum Berencana Menaikkan Ongkir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com