Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Turun tapi Rupiah Melemah, Sri Mulyani: Berimbas ke Anggaran Subsidi BBM

Kompas.com - 28/09/2022, 12:47 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan penurunan harga minyak mentah memiliki pengaruh terhadap anggaran subsidi dan kompensasi bahan bakar minyak (BBM). Hal ini mengingat Indonesia merupakan importir minyak.

Ia menjelaskan, nilai tukar terhadap dollar AS, harga minyak mentah, serta volume konsumsi BBM menjadi hal yang dipertimbangkan dalam menghitung kebutuhan subsidi dan kompensasi energi. Pemerintah akan terus memperhatikan pergerakkan faktor-faktor tersebut.

"Faktor yang mempengaruhi belanja subsidi seperti harga ICP (minyak mentah Indonesia), kurs, maupun volume (konsumsi BBM), yang dalam hal ini sekarang kita lihat harga ICP mungkin turun karena Brent dan WTI mengalami penurunan. Namun, kurs mengalami pelemahan," ujar Sri Mulyani saat ditemui di Gedung DPR RI, Selasa (28/9/2022).

Baca juga: Rupiah Melemah Tembus Rp 15.100 Per Dollar AS, Sri Mulyani Ungkap Penyebabnya

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (28/9/2022) pukul 11.30 WIB, kurs rupiah tercatat melemah 118 poin atau 0,78 persen menjadi 15.242 per dolar AS. Sementara harga minyak mentah Brent tercatat turun 1,41 persen menjadi 77,39 dollar AS per barrel, serta minyak mentah WTI turun 1,48 persen menjadi 84,99 dollar AS per barrel.

Sebagai importir minyak mentah, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tentu akan membuat beban pembelian minyak menjadi meningkat. Posisi nilai tukar saat ini pun telah melampaui asumsi kurs yang telah ditetapkan dalam APBN 2022 sebesar Rp 14.450 per dollar AS.

Namun di sisi lain, dengan mulai terjadinya tren penurunan harga minyak mentah dunia yang berpengaruh pada ICP, diakui Sri Mulyani akan berkontribusi meringankan beban pembelian minyak.

"Untuk di 2022, itu pasti menetralisir. Perhitungan kami di DPR untuk laporan semester I-2022, rata-rata harga minyak yang kami asumsikan 100 dollar AS, tapi ternyata mencapai 105 dollar AS. Kalau (saat ini mulai) turun di bawah 90 dollar AS, pasti itu mengkompensasi kenaikan di atas 100 dollar AS. Jadi pasti membantu dari harga minyak di 2022," papar Bendahara Umum Negara itu.

Baca juga: Merosot 2 Persen, Harga Minyak Dunia di Bawah 85 Dollar AS

 


Sementara itu pada volume konsumsi BBM, menurut Sri Mulyani, sejak diberlakukan kenaikan harga Pertalite dan Solar dalam beberapa waktu terakhir, telah mempengaruhi tingkat konsumsi kedua BBM bersubsidi itu menjadi sedikit turun.

Maka dengan adanya penurunan konsumsi yang dibarengi penurunan harga minyak mentah, keduanya akan menjadi 'penyeimbang' atas beban subsidi dan kompensasi BBM yang diakibatkan pelemahan nilai tukar.

"Selama dua minggu observasi sesudah kenaikan (harga Pertalite dan Solar), kami akan lihat apakah volumenya melampaui dari kuota yg sudah ditentukan dalam APBN yang sudah disetujui DPR. Bila iya, kami akan membayarkan sesuai audit oleh BPKP," pungkasnya.

Baca juga: Saatnya Negara Detoks Subsidi BBM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com