Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Raksasa Credit Suisse Dikabarkan Akan Bangkrut, Nasibnya Bakal Seperti Lehman Brothers?

Kompas.com - 05/10/2022, 16:30 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar global tengah menyoroti kondisi raksasa bank investasi, Credit Suisse. Kondisi keuangan bank asal Swiss itu dinilai sedang tidak baik-baik saja, bahkan dinilai sejumlah pihak berada dalam ambang kebangkrutan.

Kekhawatiran pasar terhadap potensi gagal Credit Suisse tercermin dari selisih atau spread credit default swap (CDS) bank yang meroket. Asal tahu saja, CDS merupakan kontrak pertanggungan yang diberikan jika terjadi gagal bayar atas suatu utang.

Melihat kondisi tersebut, pasar khawatir Credit Suisse akan mengikuti jejak Lehman Brothers, raksasa jasa keuangan asal AS yang bangkrut pada 2008, yang pada akhirnya memicu krisis finansial global pada tahun yang sama.

Baca juga: Sri Mulyani: 60 Persen Negara Miskin Terancam Bangkrut akibat Lonjakan Utang

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, kondisi yang dialami Credit Suisse saat ini memiliki pola yang sama dengan Lehman Brothers. Namun menurutnya dampak yang terjadi akan berbeda.

Salah satu poin pembeda antara kedua lembaga keuangan itu ialah terkait komposisi portofolio masing-masing. Andry menyebutkan, Lehman Brothers dalam pengelolaannya memiliki kontrak derivatif yang sangat masif.

"Sehingga ketika portofollio derivatif yang sangat masif, ketika kondisi marketnya tidak favourable itu akan runtuh," kata dia, dalam Mandiri Economic Outlook, dikutip Rabu (5/10/2022).

Baca juga: Resesi Global di Depan Mata, Waktunya Kurangi Investasi dan Simpan Uang Tunai?

Lebih lanjut Ia menilai, Credit Suisse yang telah berdiri sejak tahun 1856 sudah terlalu besar saat ini untuk dibiarkan gagal. Otoritas keuangan Uni Eropa diproyeksi turun tangan untuk menyelesaikan masalah bank investasi tersebut.

"Kunci masuknya di dua poin yakni di kualitas aset dan portofolio pricing ketika mereka menerbitkan obligasi atau membeli obligasi dari negara yang terdampak namun penerbitnya (dari negara terdampak) tidak bisa membayarnya," tuturnya.

Baca juga: Raksasa Kosmetik Revlon Mau Bangkrut

Bagaimana kondisi perbankan nasional? 

Andry pun meyakini, kondisi yang dialami Credit Suisse saat ini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap industri perbankan nasional. Pasalnya, bank asal Swiss itu disebut tidak memiliki keterkaitan yang besar terhadap bank dalam negeri.

Selain itu, kondisi industri perbankan nasional sendiri dinilai masih sangat baik. Ini tercermin dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan yang mencapai 25,21 persen pada Agustus 2022.

"Volatilitas di Eropa sendiri kekhawatiran akan membawa dampak domino bisa saja, tapo dampak ke Asia terutama Indonesia relatif kecil," ucap Andry.

Baca juga: Hadapi Tantangan Global 2023, Industri Perbankan RI Masih Aman? Ini Kata Bos BTPN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com