Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi AS Capai 8,2 Persen pada September 2022, Lebih Tinggi dari Perkiraan

Kompas.com - 18/10/2022, 16:45 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber BBC

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga konsumen di Amerika Serikat (AS) naik melebihi perkiraan bulan lalu. Hal ini berarti perjuangan Amerika Serikat dalam memerangi inflasi ekonomi masih belum selesai.

Dilansir dari BBC, tingkat inflasi AS sampai September tercatat 8,2 persen. Angka ini turun dari inflasi bulan Agustus sebesar 8,3 persen. Meskipun melandai, angka tersebut masih lebih tinggi dari perkiraan.

Inflasi Amerika Serikat sedang mendapatkan pengawasan ketat dari bank sentral AS, The Fed.

Angka tersebut jauh di atas target bank sentral AS sebesar 2 persen. Artinya, Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan terus menaikkan suku bunga dalam upaya untuk mendinginkan kenaikan harga.

Baca juga: IHSG Menguat Tipis, Saham Alfamart Melonjak 8 Persen

"The Fed perlu bereaksi pada pertemuan berikutnya dan terus menjaga kebijakan ketat sampai ada beberapa tanda bahwa inflasi terkendali," kata Neil Birrell, kepala investasi di Premier Miton Investors dilansir dari BBC, Selasa (18/10/2022).

Ia menambahkan, hal tersebut meningkatkan tingkat ketidakpastian dan merupakan berita buruk bagi perekonomian secara keseluruhan dan bagi konsumen pada khususnya.

"Puncak suku bunga, kemungkinan besar, akan lebih tinggi sekarang. Sulit untuk menemukan hal positif dalam hal ini untuk perekonomian atau pasar," imbuh dia.

Inflasi di AS telah turun kembali sejak mencapai 9,1 persen pada bulan Juni 2022. Hal tersebut didorong oleh penurunan harga bahan bakar di SPBU. Biaya untuk pakaian dan mobil bekas juga turun bulan lalu.

Baca juga: Trade Expo Indonesia 2022, Ini Jadwal dan Lokasinya


Namun demikian, masalah ini terus mempengaruhi bagian lain dari ekonomi. Misalnya, harga bahan makanan telah melonjak 13 persen selama 12 bulan terakhir, dan biaya perumahan dan medis juga meningkat tajam. Tidak termasuk makanan dan energi, inflasi telah melonjak 6,6 persen.

"Komposisi pembacaan inflasi mungkin bahkan lebih mengkhawatirkan daripada angka keseluruhan," kata Seema Shah, kepala strategi global Principal Asset Management.

Federal Reserve telah menaikkan suku bunga lima kali sejak Maret. The Fed mengumumkan kenaikan yang luar biasa besar dalam beberapa bulan terakhir.

Baca juga: Survei BI: Kredit Korporasi Masih Tumbuh di September 2022

Hal itu telah meresahkan pasar keuangan dan menyebabkan perlambatan tajam di sektor-sektor seperti perumahan.

Dengan membuat pinjaman lebih mahal, The Fed berharap untuk mengurangi permintaan, terutama untuk barang-barang seperti mobil dan rumah, dan mengurangi tekanan yang mendorong harga.

Namun dengan memperlambat aktivitas, The Fed juga berisiko membawa ekonomi ke dalam resesi. Analis melihat hasil itu semakin mungkin karena inflasi telah terbukti dengan "keras kepala" menolak upaya Fed sejauh ini.

Baca juga: Jadwal Lengkap Rights Issue Adhi Karya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com