JAKARTA, KOMPAS.com - PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). Adapun sebagian besar dana aksi korporasi akan digunakan untuk membayar utang.
Berdasarkan dokumen prospektus awal, perusahaan digital milik Grup Djarum itu menargetkan bisa meraih dana IPO hingga Rp 8,17 triliun, di mana Rp 5,5 triliun di antaranya akan digunakan untuk pembayaran utang kepada dua bank, yakni PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank BTPN Tbk.
"Pinjaman ini merupakan bagian dari proses bisnis yang normal (ordinary course of business) untuk modal kerja. Dana IPO memang dialokasikan untuk mendukung kegiatan utama perusahaan dan anak usaha juga, tiket.com," ujar Chief Financial Officer & Co-Founder Blibli, Hendry, dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Kamis (27/10/2022).
Baca juga: IPO, Bagaimana Prospek Bisnis Blibli?
Adapun sisa dari dana IPO akan digunakan Blibli untuk modal kerja kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha.
Modal kerja akan dimanfaatkan untuk optimisasi penjualan dan pemasaran, pengembangan produk, pembiayaan kegiatan operasional (termasuk biaya pemeliharaan atau beban operasional lainnya), serta penambahan fasilitas pendukung usaha termasuk pemutakhiran teknologi.
"Penggunaan dana IPO ini juga digunakan Blibli untuk mengembangkan ekosistem omnichannel bersama Tiket.com dan Ranch Market," kata Hendry.
Baca juga: Blibli Pede IPO di Tengah Ancaman Resesi Ekonomi Global
Sementara itu, hasil riset dari PT Ajaib Sekuritas Asia menunjukan, Blibli memiliki rasio solvabilitas yang mencatatkan kinerja cukup sehat. Ini terefleksikan pada rasio utang terhadap aset (debt to asset ratio/DAR) sebesar 0,45 kali.
Selain itu, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) sebesar 0,82 kali mencerminkan perseroan memiliki kinerja yang cukup sehat dan memiliki aset dan ekuitas yang positif. Asal tahu saja, semakin rendah rasio DER, maka profitabilitas perusahaan dan kemampuan untuk membayar utangnya diproyeksikan meningkat.
Umumnya, DER berbanding terbalik dengan dividen suatu emiten. Semakin rendah tingkat DER, maka komposisi utang semakin rendah yang berpengaruh pada semakin tingginya kemampuan emiten untuk membayarkan dividend payout ratio (DPR) kepada pemegang saham, sehingga rasio pembayaran dividen semakin tinggi.