Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Sebut Banyak Negara Tergantung dengan Indonesia

Kompas.com - 02/12/2022, 18:40 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan, saat ini banyak negara yang berkegantungan terhadap Indonesia. Hal ini mengingat besarnya sumber daya alam (SDA) yang dimiliki oleh Indonesia.

Dalam gelaran Kompas100 CEO Forum 2022 Jokowi bilang, dirinya banyak menerima panggilan dari pimpinan negara ketika keran ekspor sejumlah komoditas sempat ditutup. Menurutnya, hal itu menandakan bahwa negara tersebut berkegantungan terhadap indonesia.

"Sebetulnya ini sudah beberapa kali saya cek, siapa yang bergantung pada kita. Ternyata banyak sekali. Begitu batu bara kita stop (ekspor) 2 minggu saja, yang telpon ke Saya banyak sekali, kepala negara, perdana menteri, presiden," tutur dia, Jumat (2/12/2022).

Baca juga: Jokowi: 60 Persen Kendaraan Listrik Dunia Akan Ketergantungan dengan Baterai Buatan Indonesia

Hal serupa juga terjadi saat Indonesia menghentikan ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya beberapa waktu lalu. Padahal, Jokowi bilang, penghentian ekspor diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Begitu juga minyak, CPO. Begitu kita setop, karena saya harus setop, banyak pertanyaan dari luar, dari IMF, Bank Dunia, kenapa setop? Karena dalam negeri barangnya hilang," kata dia.

Jokowi menilai, ketergantungan dari negara lain itu menjadi penting bagi perekonomian nasional. Sebab, negara lain akan terus membutuhkan produk dari dalam negeri, yang pada akhirnya mendongkrak perekonomian nasional.

Strategi 'ketergantungan produk' itu sebenarnya telah diimplementasikan oleh Taiwan dan Korea Selatan. Perekonomian kedua negara itu dinilai berkembang pesat, setelah memiliki produk khusus yang sangat dibutuhkan oleh negara lainnya.

Baca juga: Kecuali Jokowi, Semua Kepala Negara Pusing

"Kenapa Taiwan bisa melonjak? Hanya satu contoh saja. Mereka membuat chip, fokus, strategis, dan kompetitif," ujar Jokowi.

"Korea yang membuat mereka melejit hanya salah satunya membuat komponen-komponen digital. Sehingga perusahaan-perusahaan besar di Amerika tergantung pada dia," tambahnya.

Oleh karenanya, Jokowi mendorong agar potensi besar yang dimiliki Indonesia mulai dari kekayaan SDA, sumber daya manusia (SDM) yang diwarnai bonus demografi, hingga pasar yang besar digunakan dalam membangun strategi untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju.

“Inilah kekuatan yang sering tidak kita sadari dan harus saya ingatkan terus, termasuk posisi kita di jalur perdagangan dunia. Kekuatan inilah yang harus kita ingat-ingat terus dalam rangka membangun sebuah strategi besar, bisnis negara, strategi besar ekonomi negara, agar kita bisa mencapai visi yang kita inginkan," ucapnya.

Baca juga: Jokowi: RI Jadi Titik Terang di Tengah Gelapnya Ekonomi Global, tapi Tetap Perlu Waspada

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com