Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Ungkap Porsi Asing Semakin Kecil di SBN

Kompas.com - 21/12/2022, 13:31 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan porsi kepemilikan asing terhadap surat berharga negara (SBN) semakin kecil. Saat ini, porsi asing di SBN hanya 14,8 persen dibandingkan 2019 yang mencapai 38,5 persen.

Menurutnya, penurunan kepemilikan asing tersebut merupakan hal yang baik, sebab membuat guncangan terhadap ekonomi Indonesia menjadi lebih kecil ketika kondisi global bergejolak.

Artinya, ketika terjadi sentimen negatif di global, maka tak banyak dana yang keluar dari pasar SBN, sebab sebagian besar investornya dari dalam negeri. Kondisi ini akan membantu memperkecil tekanan terhadap pelemahan rupiah.

Baca juga: Jokowi Tak Peduli Digugat Negara Lain Karena Kebijakan Larangan Ekspor Bahan Mentah Minerba

"Karena kalau masih dikuasai asing, begitu goyah sedikit makro kita, keluar berbondong-bondong, goyah pasti kurs kita. Ini upaya-upaya yang kita lakukan," ujarnya dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Hotel Ritz Calton, Jakarta, Rabu (21/12/2022).

Adapun berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), di tengah tren kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), kurs rupiah hingga 16 Desember 2022 tercatat mengalami depresisasi 9,3 persen (year to date/ytd) terhadap dollar AS.

Pelemahan itu relatif terjaga dibandingkan dengan beberapa negara emerging market lainnya, seperti yen China yang terdepresiasi 9,7 persen, won Korea Selatan melemah 9,8 persen, dan rand Afrika Selatan terdepresiasi 11 persen.

Lebih lanjut, Jokowi mengatakan, penurunan porsi asing di SBN merupakan salah satu reformasi struktural yang dilakukan pemerintahan. Ia ingin Indonesia tak lagi menjadi negara yang rentan terhadap ekonomi global, seperti yang terjadi di 2014.

Baca juga: Jokowi: Banyak Aset Negara Menganggur, Dipikir Saya Enggak Tahu


Saat itu ada ancaman taper tantrum karena kebijkan suku bunga yang diterapkan bank sentral Amerika Serikat (AS), Frederal Reserve. Kondisi ekonomi RI kurang baik dengan defisit transaksi berjalan mencapai 17,5 miliar dollar AS dan neraca dagang defisit 2,2 miliar dollar AS.

"Oleh sebab itu, saat itu saya sampaikan kepada para menteri, kita harus berani mengubah ini, mereformasi struktural kita, hal-hal yang membahayakan ekonomi makro kita," kata Jokowi.

Menurutnya, kini ekonomi Indonesia cukup berdaya tahan setelah menghadapi pandemi dan dihadapkan gejolak global. Hal itu tercermin dari neraca transaksi berjalan yang tercatat surplus 8,9 miliar dollar AS di kuartal III-2022, serta neraca perdagangan tercatat surplus 5,67 miliar dollar AS per Oktober 2022.

"Artinya perbaikan-perbaikan itu betul-betul nyata dan kelihatan dalam angka-angka," ucapnya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Mereda, Jokowi: Mungkin Akhir Tahun Akan Dinyatakan PPKM Berhenti

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com