Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Dunia Bisnis yang Abu-abu

Kompas.com - 09/01/2023, 15:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat*

SEORANG mahasiswa sekolah bisnis terkemuka beranggapan bahwa bisnis yang maju dan berkembang harus dijalankan dengan cara tidak biasa.

Cara tidak biasa yang dimaksud adalah menggunakan jalan tidak lazim. Bahasa sekarang: sat set. Bahkan cenderung ugal-ugalan, yang penting tujuan tercapai.

Cara biasa adalah kebalikannya, yaitu mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku. Lurus-lurus saja jalannya.

Jika menafsirkan pemikiran sang mahasiswa, cara biasa adalah bisnis dijalankan dengan tidak kreatif dan miskin inovasi. Menganggap aktivitas sebagai business as usual. Rutinitas untuk menjaga kestabilan.

Cara yang tidak biasa adalah bisnis yang selalu didorong untuk menciptakan terobosan baru.
Sementara bila ditafsirkan lain, cara biasa adalah bisnis yang taat aturan dan jujur, sedangkan cara tidak biasa adalah bisnis yang dijalankan dengan mengabaikan peraturan serta etika yang berlaku.

Dia lalu menyimpulkan, “Bisnis adalah dunia yang abu-abu.” Benarkah demikian?

Rasanya tak ada yang bisa meyakinkan bahwa dunia bisnis adalah dunia yang putih. Serba patuh dan bertanggung jawab.

Yang kerap kali mengemuka adalah bisnis yang semata mengejar keuntungan, namun mengabaikan etika dan tata krama. Tak sedikit yang mengarah pada tindakan kriminal.

Menurut Allen (2012), dalam dunia bisnis global yang dinamis, kecepatan dan pengembalian yang segera ditempatkan sebagai hal utama. Nilai pemegang saham dipandang lebih penting daripada nilai dasar kemanusiaan.

Tekanan untuk mencapai tujuan yang belum terpenuhi dan bertahan dalam lingkungan yang chaos mengakibatkan stres. Ketika orang mengalami stres, maka tidak mengambil keputusan secara bijaksana.

Akibatnya praktik bisnis mengabaikan etika dipandang sebagai keniscayaan. Perilaku perusahaan berkesan menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan.

Etika dan kinerja

Pandangan sejumlah kalangan bahwa bisnis yang dijalankan tanpa mengindahkan etika berkinerja lebih maju daripada yang taat aturan mengundang sejumlah akademisi melakukan penelitian. Hal ini terkait dengan tingkat etika, kesadaran moral, dan kinerja perusahaan.

Studi sebelumnya telah menemukan bahwa tingkat etika seorang pengusaha dapat memengaruhi perilaku perusahaan seperti tanggung jawab sosial perusahaan (Scherer dan Palazzo, 2011), kewirausahaan sosial (Santos, 2012), dan penerapan praktik berkelanjutan (Berrone dkk, 2013).

Sejumlah peneliti menyarankan hubungan negatif antara tingkat etika pengusaha dan inovasi produk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com