Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Dunia Bisnis yang Abu-abu

Kompas.com - 09/01/2023, 15:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mereka berpendapat bahwa tingkat etika yang rendah sangat terkait dengan penciptaan ide-ide kreatif yang memfasilitasi inovasi produk (Brenkert, 2009; Morris, 2016).

Namun ada yang berpendapat bahwa tingkat etika yang tinggi dari seorang pengusaha juga dapat secara positif memengaruhi hasil perusahaan seperti laba, komitmen karyawan, kepuasan kerja, dan kepercayaan dari pemangku kepentingan seperti karyawan, investor, dan pelanggan (Bedi dkk, 2016; Ferrell dkk, 2013).

Selain itu juga pengusaha yang membuat keputusan etis dapat memastikan hasil organisasi yang lebih baik termasuk kreativitas karyawan dan inovasi produk berikutnya (Baucus dkk., 2008; Ferrell dkk, 2013).

Etika dan inovasi

Kemampuan inovasi produk adalah salah satu indikator signifikan kinerja perusahaan dalam lingkungan global yang dinamis saat ini (Davis dkk, 1999).

Etika semakin penting dan terlihat dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan inovasi produk.

Dengan berfokus pada perilaku etis pengusaha, studi sebelumnya secara implisit berasumsi bahwa kesadaran moral pengusaha konsisten dengan perilaku etis mereka (Bryant, 2009; Jordan, 2009).

Kesadaran moral seorang pengusaha didefinisikan sebagai tingkat etis individu yang sadar akan nilai-nilai moral yang tertanam dalam keputusan sehari-hari. Sedangkan perilaku etis (kepemimpinan) seorang pengusaha mencerminkan tingkat etika yang dirasakan oleh anggota tim berdasarkan pada perilaku kepemimpinannya.

Kesadaran moral dan perilaku etis dapat menjadi tidak konsisten dalam dua cara.
Pertama, terjadi karena proses kognitif yang dikenal sebagai pelepasan moral (Detert dkk, 2008; Moore dkk, 2012).

Proses ini menghalangi individu dari tindakan yang melanggar standar moral mereka (Bandura, 1991; Moore et al., 2012).

Faktor yang menyebabkan ketidakkonsistenan ini mencakup faktor individu (misalnya pengetahuan, nilai, sikap dan niat) dan faktor situasional (misalnya budaya organisasi, karakteristik pekerjaan, kemungkinan konsekuensi dari pengambilan keputusan yang tidak etis) (Kalshoven dkk, 2016)

Dengan demikian, pengusaha mungkin sadar secara moral bahwa mereka melanggar peraturan, tetapi tetap memilih untuk bertindak tidak etis, terutama ketika bertindak secara moral dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan (Baron dkk, 2015).

Kedua, ketika pengusaha kurang memiliki kesadaran etis, tetapi dianggap memiliki perilaku etis karena mereka berusaha untuk membangun budaya etis dengan mendorong tim pendiri dan karyawan untuk membuat keputusan etis.

Dalam hal ini, anggota tim pendiri dapat membantu pengusaha untuk menyadari masalah etika dan membuat keputusan etis (Hernandez dan Sitkin, 2012).

Akhirnya, perilaku pengusaha yang beretika tetap menghadirkan dampak positif bagi kinerja perusahaan, bukan sebaliknya. Perilaku etis juga mendorong inovasi yang berkelanjutan.

Di dunia yang kerap penuh dengan tipu muslihat, praktik bisnis yang beretika dan bertanggung jawab tetap harus menjadi fondasi untuk melihat tantangan ke depan dengan kaca mata yang jernih. Bukan malah kalap dan melupakan kemanusiaan.

*Dosen Tetap Program Studi Sarjana Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com