JAKARTA, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan 2 persen pada perdagangan Kamis (23/2/2023) waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia/ WIB. Pergerakan harga minyak dunia dibayangi oleh kenaikan stok minyak AS yang menambah kekhawatiran permintaan.
Mengutip CNBC, hatga minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) naik 2 persen, masing – masing menjadi 82,21 dollar AS per barrel dan 75,39 dollar AS per barrel.
Harga minyak juga didorong oleh rencana Rusia untuk memotong ekspor minyak dari pelabuhan barat hingga 25 persen pada bulan Maret, atau melebihi pengurangan produksi yang diumumkan sebesar 500.000 barrel per hari.
“Dollar AS yang lebih kuat tetap menjadi hambatan jangka pendek untuk minyak mentah. Diharapkan produksi Rusia yang lebih rendah dan pembukaan kembali China untuk memperketat pasar minyak dan mendukung harga,” kata analis UBS.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun Lebih dari 1 Persen, Ini Penyebabnya
Indeks dollar AS naik untuk sesi ketiga berturut-turut, setelah risalah pertemuan Federal Reserve AS terbaru dirilis yang menunjukkan mayoritas pejabat Fed setuju bahwa risiko inflasi tinggi menjamin kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Sementara itu, greenback yang lebih kuat membuat minyak berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, yang mana hal ini menekan permintaan. Kedua tolok ukur minyak kehilangan lebih dari 2 dollar A di sesi sebelumnya setelah rilis risalah Fed itu.
Baca juga: Inflasi Tinggi Jadi Penyebab Harga Minyak Mentah Dunia Turun 3 Persen
Harga minyak juga berada di bawah tekanan setelah data pemerintah AS menunjukkan persediaan minyak mentah mengalami kenaikan untuk kesembilan kalinya berturut-turut pekan lalu. Hal ini dinilai memicu kekhawatiran permintaan.
Stok minyak mentah AS naik 7,6 juta barrel dalam sepekan hingga 17 Februari, Administrasi Informasi Energi AS mengatakan, lebih dari tiga kali lipat ekspektasi analis untuk kenaikan 2,1 juta barrel.
"Sehubungan dengan tekanan yang datang dari Federal Reserve pada permintaan dan cuaca yang menghangat di AS dan Eropa, menimbulkan kekhawatiran menyeluruh dari sisi permintaan," kata Tony Headrick, analis pasar energi di CHS Hedging.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun Hampir 4 Persen dalam Sepekan, Apa Sebabnya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.