Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Sentral Eropa Perlambat Laju Kenaikan Suku Bunga, Harga Minyak Dunia Berhenti Melemah

Kompas.com - 05/05/2023, 10:26 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Tren pelemahan harga minyak mentah dunia berhenti usai Bank Sentral Eropa memutuskan untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga.

Harga minyak mentah hampir tak berubah pada penutupan perdagangan Kamis (4/5/2023) waktu setempat atau Jumat pagi WIB.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent naik 0,24 persen atau 12 sen AS menjadi 72,50 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,06 persen atau 4 sen AS menjadi 68,56 dollar AS per barrel.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Anjlok 4 Persen Usai The Fed Naikkan Suku Bunga

Kedua harga acuan minyak dunia tersebut sempat anjlok dalam dua hari berturut-turut. Pada perdagangan Selasa turun 4 persen, berlanjut ke perdagangan Rabu dengan turun 5 persen.

Harga minyak dunia yang jatuh pada pekan ini didorong kekhawatiran pasar terhadap pelemahan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan sinyal melemahnya pertumbuhan industri manufaktur China, importir minyak mentah terbesar di dunia.

Tekanan pada harga minyak dunia juga turut dipengaruhi kebijakan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin pada bulan ini.

Kebijakan The Fedmembuat harga minyak anjlok, sebab pasar khawatir pertumbuhan ekonomi AS akan semakin melambat sehingga mengurangi permintaan energi.

Kendati begitu, sinyal The Fed yang berpotensi menghentikan kenaikan lebih lanjut untuk memberikan waktu kepada para pejabat dalam menilai dampak dari krisis perbankan yang terjadi saat ini, serta menunggu penyelesaian perselisihan atas plafon utang AS, dinilai dapat membantu pasar.

Kini harga minyak dunia tidak melanjutkan penurunan lebih dalam usai Bank Sentral Eropa memutuskan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin pada Kamis (4/5/2023).

Kenaikan terkecil sejak Bank Sentral Eropa mulai menaikkan suku bunganya pada musim panas lalu. Pada bulan-bulan sebelumnya, tren kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa mencapai 50-75 basis poin.

Meski begitu, Bank Sentral Eropa menyatakan tetap membuka opsinya untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut di masa depan untuk melawan inflasi zona euro yang sangat tinggi.

"Kemampuan minyak untuk pulih meskipun pasar saham secara signifikan lebih rendah, membuktikan beberapa dukungan harga yang independen," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.

Dukungan itu salah satunya terkait kebijakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, atau OPEC+ yang mulai memangkas produksi minyaknya mulai bulan Mei ini.

OPEC+ memutuskan mengurangi produksinya sebanyak 1,16 juta barel per hari (bpd). Kondisi ini akan mempengaruhi stok minyak mentah dunia yang kemudian bakal berdampak pada kenaikan harga.

Selain itu, pada Kamis kemarin, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak menyatakan, Rusia mematuhi janji sukarela untuk memangkas produksi minyak sebesar 500.000 barrel per hari dari Februari hingga akhir tahun.

"Apa yang kami lihat adalah kombinasi dari hambatan ekonomi dan skeptisisme bahwa pemotongan OPEC akan benar-benar terjadi,” kata John Kilduff, Partner di Again Capital LLC, New York.

Baca juga: Usai The Fed, Giliran Bank Sentral Eropa Naikkan Suku Bunga 25 Basis Poin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com