Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irvan Maulana
Direktur Center of Economic and Social Innovation Studies (CESIS)

Peneliti dan Penulis

Menyelami Ekonomi Bersama ChatGPT (Bagian I)

Kompas.com - 10/05/2023, 09:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

EKONOMI merupakan bidang keilmuan yang bisa diasosiasikan dengan hampir semua hal, baik skala mikro maupun makro.

Di era limpahan data dan akses informasi yang demokratis alias gratis, semua orang dengan mudah bisa belajar dan mengajar ekonomi tanpa harus hadir di ruang kelas berhadapan dengan para guru, dosen, dan profesor ekonomi.

Kita sudah dimudahkan dengan kehadiran berbagai media dan instrumen teknologi untuk belajar apa saja, termasuk ekonomi.

Terlebih dengan hadirnya ChatGPT yang merupakan salah satu model GPT (Generative Pre-Trained Transformer) terbaru yang dirilis oleh OpenAI pada 2022, sangat memudahkan untuk memulai pre-research dalam mencari berbagai informasi awal dalam membangun rumusan masalah.

Semua bisa ditanyakan pada ChatGPT mulai dari hal receh hingga hal paling serius, tetapi tidak semua akan direspons terutama menyangkut isu pornografi.

Selain isu-isu sensitif tersebut, tanyalah dan belajarlah sesuka hati. Jadikan ChatGPT sebagai instrumen komplementer, bukan substitusi.

Namun, ada hal-hal penting yang perlu digarisbawahi saat menggunakan ChatGPT untuk tujuan akademis agar berhati-hati, terutama saat belajar ekonomi.

Tantangan penggunaan GPT di bidang ekonomi, biasanya tak jauh dari kecenderungan GPT untuk "hallucinate" atau "hallucination" di mana GPT berpotensi memberikan jawaban atau informasi yang keliru atau tidak akurat.

Dalam beberapa kasus, GPT menciptakan asosiasi antara kata atau konsep yang sebenarnya tidak memiliki korelasi atau hubungan satu sama lain.

Dalam hal ini, GPT menciptakan sesuatu yang mirip dengan sebuah "halusinasi" atau persepsi yang tidak akurat.

Oleh karena itu, walaupun jawaban dari GPT terlihat masuk akal atau berwibawa, kita tetap perlu melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan akurasi dari informasi tersebut.

GPT juga tidak bisa memberikan jawaban yang komprehensif dengan banyak hubungan sebab-akibat dari awal hingga akhir sebuah masalah ekonomi tanpa bimbingan.

Saat bekerja dengan GPT, yang perlu kita sadari bahwa interaksi dengan GPT mirip dengan berkolaborasi dengan asisten peneliti yang cerdas dan berpengetahuan luas, meskipun berasal dari kultur berbeda.

Lantas, bagaimana semestinya interaksi dan eksplorasi belajar dan mengajar ekonomi bersama ChatGPT agar tak terjebak dampak negatifnya?

1. Bermain dengan kata kunci yang detail dan spesifik

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com