Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahlil Ancam Kurangi Insentif Jika Investor Salurkan Dana lewat Pihak Ketiga

Kompas.com - 24/05/2023, 22:27 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengancam akan mengurangi pemberian insentif jika para investor menyalurkan dananya ke Indonesia lewat negara perantara atau pihak ketiga.

Bahlil mengatakan, selama ini beberapa negara yang berinvestasi melalui negara perantara, seperti China yang banyak mengalirkan uang ke Singapura untuk diinvestasikan di Indonesia.

"Saya tahu ini, sebagian uang China masuk lewat Singapura dulu baru masuk Indonesia. Nanti ke depan kalo tidak ada yang masuk langsung, insentifnya tidak akan kita berikan secara maksimal," ujar Bahlil dikutip dari Antara, Rabu (24/5/2023).

Baca juga: Erick Thohir Rombak Jajaran Direksi AirNav, Ini Susunannya

Bahlil menuturkan nilai realisasi investasi Indonesia pada 2022 melebihi target dari Rp 1.200 triliun menjadi Rp 1.207 triliun. Posisi investasi pertama ditempati oleh Singapura dan kedua adalah China.

Namun, ia meyakini bahwa dana investasi yang berasal dari Singapura tersebut sebagian besarnya berasal dari investor asal China.

Kinerja perekonomian Indonesia, lanjutnya, tumbuh positif di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Baca juga: Alasan Pemerintah Belum Bisa Turunkan Harga BBM Subsidi

Di tahun 2022, ekonomi Indonesia masih tumbuh 5,31 persen dengan inflasi di bawah 6 persen dan menjadi salah satu pertumbuhan ekonomi terbaik diantara negara-negara G20.

Kinerja positif berlanjut pada kuartal pertama 2023, dengan jumlah pertumbuhan 5,3 persen dengan inflasi di bawah 5 persen.

Begitu juga dengan neraca perdagangan antara China dengan Indonesia yang pada tahun 2016-2108 defisit hingga 17-18 miliar dollar AS.

Kemudian, melalui kebijakan hilirisasi seperti nikel, neraca perdagangan antara China dan Indonesia membaik dan hanya menyisakan defisit 1,8 miliar dollar AS pada tahun 2022.

Baca juga: Cara Menghitung Tagihan Listrik lewat HP dengan Mudah

Oleh karena itu, Bahlil menginginkan hubungan ratusan tahun yang telah terjalin antara China dan Indonesia bisa lebih ditingkatkan dalam bentuk kolaborasi guna meningkatkan investasi.

“Indonesia sudah menjadi negara yang berdaulat dan tidak boleh ada yang mengeklaim bahwa kita di bawah dari negara lain. Indonesia sekarang menterinya sudah pintar,” sebutnya.

Lebih lanjut, Bahlil memaparkan arah kebijakan Indonesia ke depan adalah hilirisasi. Hal itu disebabkan nilai porsi Penanaman Modal Asing mendominasi pada realisasi investasi Indonesia di 2022 dengan 53,4 persen.

Baca juga: Mulai 1 Juni, KCI Tambah Operasional KA Bandara Soekarno Hatta jadi 56 Perjalanan

Melalui hilirisasi nikel yang terus dimasifkan, nilai ekspor Indonesia pun turut bertambah hingga 10 kali lipat. Pada 2018, nilai ekspor hanya 3,3 miliar dollar AS.

Namun, begitu Indonesia memberhentikan ekspor nikel, nilai ekspor Indonesia mencapai 30 miliar dollar AS. Salah satu negara yang memetik untung dari peningkatan nilai ekspor itu adalah China.

“Jadi Indonesia itu seperti gadis cantik yang memang dilirik oleh hampir semua investor yang ada di dunia. Tidak ada negara di Asia Tenggara yang pertumbuhan investasinya sebaik Indonesia selain Singapura,” tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com