KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Budaya Apresiatif

Kompas.com - 27/05/2023, 11:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BILA kita bertanya kepada para karyawan, adakah di antara mereka yang bersedia bekerja tanpa bayaran? Tentu akan sulit sekali menemukannya.

Namun, di balik pengetahuan umum bahwa orang bekerja untuk mendapat penghasilan, ada beberapa faktor yang sebenarnya berperan penting untuk membuat karyawan lebih termotivasi bertahan di satu organisasi dan berkontribusi lebih besar.

Psikolog klinis Frederick Herzberg mengatakan bahwa berdasarkan penelitiannya, manusia memiliki dua set kebutuhan. Pertama, kebutuhan level rendah, seperti menghindari rasa sakit dan memenuhi kebutuhan hidup. Kedua, kebutuhan level tinggi sebagai manusia yang ingin terus berkembang.

Herzberg menamai kebutuhan set pertama sebagai hygiene. Kebutuhan ini tidak bisa meningkatkan kepuasan, tetapi ketiadaannya dapat memengaruhi ketidakpuasan dalam bekerja. Beberapa faktor hygiene adalah gaji, aturan dan kebijakan perusahaan, pengawasan, status, serta rasa aman.

Sementara itu, set kedua adalah motivator yang dapat berkontribusi pada kepuasan kerja. Penghargaan atas prestasi, tanggung jawab yang lebih besar, dan kesempatan untuk berkembang adalah faktor yang dapat mendorong karyawan semakin berprestasi.

Pada dasarnya, manusia memiliki kebutuhan untuk diakui oleh keluarga, teman, guru, atau atasannya.

Sebuah riset yang dimuat dalam Journal of Managerial Psychology mengungkap bahwa apresiasi akan meningkatkan kepuasan kerja. Hal ini pun pada akhirnya dapat memengaruhi wellbeing seseorang.

Apresiasi juga bisa meningkatkan kualitas hubungan interpersonal yang berdampak pada retensi, serta peningkatan dan efisiensi kinerja. Tuntutan dan disiplin memang penting, tetapi hal ini dapat diberikan bersamaan dengan apresiasi.

Ketika organisasi sudah paham bahwa motivasi karyawan akan semakin meningkat melalui apresiasi, mengapa banyak karyawan yang merasa tidak dihargai dengan semestinya?

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi kesulitan para atasan untuk memberikan apresiasi. Pertama, kekhawatiran bahwa pujian bukannya memacu produktivitas, melainkan justru membuat karyawan besar kepala dan bersikap “kurang ajar”.

Kedua, memberi penghargaan dianggap membutuhkan waktu ekstra untuk sesuatu yang sudah menjadi kewajiban pekerja untuk menyelesaikan tugas sebaik-baiknya.

Ketiga, hubungan yang berjarak membuat atasan sulit melihat prestasi personal bawahan, apalagi memberikan apresiasi yang tepat. Apresiasi yang berkenan di hati karyawan tidak bisa dilakukan secara massal dan seragam. Atasan perlu mengetahui apa yang dianggap penting oleh setiap karyawan.

Seni memberi apresiasi

Memberikan apresiasi tidak semudah yang kita kira agar dapat benar-benar bermakna. Kita bisa memberi apresiasi ketika seseorang memberikan kontribusi atau nilai tambah terhadap tanggung jawabnya.

Eileen Rachman.Dok. EXPERD Eileen Rachman.

Dalam menghidupkan kebiasaan menghargai dan mengakui, kita perlu membedakan antara memberi penghargaan dan apresiasi. Apresiasi tanpa penghargaan akan mengurangi produktivitas dan motivasi. Sementara itu, penghargaan tanpa apresiasi akan membuat karyawan merasa hanya dihargai bila mereka produktif.

Don’t leave your staff feeling like work is pointless, or like they’re just a cog in a machine.”

Apresiasi tidak selalu berkaitan dengan uang. Hal terpenting, apresiasi yang diberikan terasa signifikan bagi penerimanya dan disampaikan dalam timing yang tepat. Oleh karena itu, segera berikan apresiasi, jangan menunda-nunda. Sebuah pujian tulus secara langsung pada saat rapat mungkin lebih berkesan ketimbang voucer belanja yang diberikan dalam amplop tertutup.

Membangun budaya apresiatif

Bila kita berkomitmen untuk membangun budaya apresiatif, pertanyaan berikut perlu dijawab. Tingkah laku dan tindakan-tindakan apa yang akan kita berikan penghargaan secara terbuka dalam organisasi kita?

Banyak perusahaan melakukan selebrasi ketika target tercapai serta memberikan penghargaan kepada karyawan terbaik dengan berbagai kriteria dan melalui tahapan yang panjang. Apakah ini yang dapat mengembangkan budaya apresiatif?

Budaya apresiatif justru perlu dibangun melalui kemampuan kita mencari tingkah laku yang bisa jadi selama ini terlewatkan, padahal berdampak besar terhadap kesuksesan organisasi.

Kita tahu bahwa setiap perusahaan hidup melalui keuntungan bisnis yang dapat mereka hasilkan. Selain dari penjualan yang tinggi, keuntungan juga bisa diperoleh dari pengeluaran yang lebih hemat.

Oleh karena itu, manajemen dapat memberikan apresiasi kepada karyawan yang nyata-nyata membuat perusahaan berhemat. Mulai dari perilaku menghemat biaya operasional harian sampai inovasi yang membuat perusahaan memiliki proses produksi lebih efisien.

Selain itu, mereka yang dapat membuat suasana bekerja lebih positif dan menyebarkan semangat saling membantu satu sama lain tanpa memperhitungkan bagian masing-masing juga perlu mendapat apresiasi.

Memberikan apresiasi terhadap individu seperti itu membuat para karyawan menyadari bahwa sikapnya perlu ditiru. Pada akhirnya, hal ini akan membangun budaya yang lebih positif di organisasi.

Kita juga dapat memberikan apresiasi kepada mereka yang mungkin kurang cemerlang, tetapi memiliki komitmen kerja yang tinggi. Tanpa kita sadari, sebenarnya semangat seperti ini pun dapat dijadikan panutan.

Budaya tidak pernah statis. Kehadiran personel baru, apalagi pimpinan, dapat mengubah budaya yang ada. Oleh karena itu, hal-hal yang esensial dalam membangun budaya apresiatif ini perlu didokumentasikan secara lengkap, meski kita tetap terbuka terhadap perubahan yang lebih baik.

Kita tidak boleh terkejut dengan saran dan masukan dari karyawan. Waktu terus berganti, semua kebutuhan dan keinginan manusia pun senantiasa berevolusi.

 


Terkini Lainnya

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com