Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: 42 Persen CEO Dunia Percaya Kecerdasan Buatan Akan Menghancurkan Manusia dalam 5-10 Tahun

Kompas.com - 15/06/2023, 13:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Banyak pemimpin bisnis sangat khawatir kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) akan menimbulkan ancaman eksistensial bagi umat manusia dalam waktu dekat.

Sebanyak 42 persen Chief Executive Office (CEO) yang disurvei di Yale CEO Summit mengatakan, AI berpotensi menghancurkan umat manusia dalam 5-10 tahun mendatang.

Profesor Yale Jeffrey Sonnenfeld mengatakan, hasil dari survei tersebut cukup gelap dan mengkhawatirkan.

Survei, yang dilakukan pada acara virtual yang diadakan oleh Chief Executive Leadership Institute Sonnenfeld, menemukan sedikit konsensus tentang risiko dan peluang yang terkait dengan artificial intelligence.

Baca juga: Dari AI hingga Cloud Computing, Ini 4 Skill Paling Dibutuhkan Dunia Kerja Masa Depan

Sonnenfeld mengatakan, survei tersebut mencakup tanggapan dari 119 CEO dari lintas sektor bisnis, termasuk CEO Walmart Doug McMillion, CEO Coca-Cola James Quincy, para pemimpin perusahaan IT seperti Xerox dan Zoom, serta CEO dari farmasi, media, dan manufaktur.

Para pemimpin bisnis menunjukkan perbedaan tajam tentang betapa berbahayanya kecerdasan buatan bagi peradaban.

Sementara itu, sebanyak 34 persen CEO mengatakan AI berpotensi menghancurkan umat manusia dalam sepuluh tahun dan 8 persen mengatakan itu bisa terjadi dalam lima tahun.

Di sisi lain, 58 persen responden mengatakan itu tidak akan pernah terjadi dan mereka tidak khawatir akan AI.

Dalam pertanyaan terpisah Yale menemukan, 42 persen CEO yang disurvei mengatakan potensi bencana AI dilebih-lebihkan. Sementara, 58 persen mengatakan itu tidak dilebih-lebihkan.

Baca juga: 5 Manfaat AI dalam Mengembangkan Skala Bisnis dan Melayani Konsumen

Temuan ini muncul hanya beberapa minggu setelah puluhan pemimpin industri AI, akademisi, dan bahkan beberapa selebritas menandatangani pernyataan peringatan tentang risiko "kepunahan” dari AI.

Pernyataan itu, yang ditandatangani oleh CEO OpenAI Sam Altman, Geoffrey Hinton, "ayah baptis AI" dan eksekutif puncak dari Google dan Microsoft. Mereka menyerukan agar masyarakat mengambil langkah-langkah untuk menjaga dari bahaya AI.

“Mengurangi risiko kepunahan AI harus menjadi prioritas global bersama risiko skala sosial lainnya seperti pandemi dan perang nuklir,” ujar pernyataan itu.

Baca juga: AI Bisa Ubah Konsep Pekerjaan di Masa Depan, Apa yang Harus Dilakukan?

Jeffrey Sonnenfeld sendiri memerinci, para pemimpin bisnis terbagi menjadi lima kubu berbeda terkait artificial intelligence.

Kelompok pertama, termasuk dalam golongan pencipta yang ingin tahu. Mereka merupakan orang percaya yang naif yang memperdebatkan semua yang dapat dilakukan, harus dilakukan.

"Mereka seperti Robert Oppenheimer, sebelum bom," kata Sonnenfeld," ujar dia dikutip dari CNN, Kamis (15/6/2023).

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com