Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AI Bisa Ubah Konsep Pekerjaan di Masa Depan, Apa yang Harus Dilakukan?

Kompas.com - 02/05/2023, 11:12 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber BBC,CNBC

NEW YORK, KOMPAS.comArtificial Intelligence atau AI (kecerdasan buatan) diprediksi bakal mengubah konsep pekerjaan di masa depan. Peningkatan pesat sistem kecerdasan buatan yang dapat diakses berpotensi berdampak pada banyak industri.

Mengutip CNBC Selasa (2/5/2023), sistem AI seperti Chat-GPT dan Dall-E 2 oleh OpenAI dapat digunakan untuk membuat konten tertulis dan konten visual. Konten tersebut pada tahun-tahun sebelumnya membutuhkan pekerja terampil yang memiliki pelatihan dengan waktu yang lama dalam seni atau menulis.

“Bagi saya sendiri sebagai seorang ekonom dan insinyur, saya benar-benar terkejut dengan kemajuan dari beberapa mekanisme konten generatif ini,” kata J. Scott Marcus, rekan senior di Bruegel, sebuah think tank yang berbasis di Brussels.

“Ada juga perdebatan lama, apa dampaknya terhadap tenaga kerja?” lanjut Marcus.

Baca juga: Benarkah Perkembangan AI Bisa Membuat Jumlah PHK Bertambah?

Dalam laporan Goldman Sachs baru-baru ini, disebutkan bahwa ada beberapa kemungkinan nyata terkait AI dan ekonomi. Laporan itu memperkirakan dua pertiga pekerjaan di AS dan Eropa, serta sekitar 300 juta posisi di seluruh dunia dapat terpapar otomatisasi dari kemajuan AI baru.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa seperempat dari semua pekerjaan yang dilakukan dapat digantikan oleh AI generatif.

Menurut peneliti di Massachusetts Institute of Technology Initiative on the Digital Economy Georgios Petropoulos, dengan hadirnya teknologi kecerdasan buatan, interaksi antara manusia dan AI akan menjadi semakin umum.

“Kemudian kita akan melihat bahwa mereka bisa sangat bagus karena mereka dapat meningkatkan produktivitas atau efisiensi kita, kita bisa jauh lebih produktif dalam tugas yang kita lakukan,” kata Petropoulos.

Mengutip BBC, Claire, seorang public relation berusia 34 tahun, mengatakan, kecerdasan buatan tidak bisa menggantikan pekerjaan yang ia hasilkan selama ini. Walau demikian, wanita yang berkerja di perusahaan konsultan besar berbasis di London selama 6 tahun itu mulai merasa khawatir dengan masa depan karirnya setelah muncul teknologi-teknologi AI yang semakin canggih.

“Saya rasa kualitas pekerjaan yang saya hasilkan belum dapat ditandingi oleh mesin. Tetapi pada saat yang sama, saya kagum betapa cepatnya ChatGPT menjadi begitu canggih. Mungkin beberapa tahun lagi, AI bisa melakukan pekerjaan saya sebaik yang saya bisa,”  kata dia.

Dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan dinilai mencuri pekerjaan manual. Tapi hal ini terus berkembang melalui sistem AI generatif seperti ChatGPT yang dengan cepat menjadi lebih mudah diakses.

Namun, beberapa pekerja melaporkan kecemasan mereka tentang masa depan, dan apakah keterampilan yang mereka miliki akan relevan dengan pasar tenaga kerja di tahun-tahun mendatang.

“Kami berharap klien kami akan mengenali nilai kami, dan memilih keaslian buatan manusia daripada harga dan kenyamanan dalam menggunaka sistem AI,” kata Alys Marshall, seorang copywriter berusia 29 tahun yang berbasis di Bristol, Inggris.

Carolyn Montrose, seorang pelatih karir dan dosen di Universitas Columbia di New York mengatakan, meskipun beberapa kecemasan mungkin dapat dibenarkan, karyawan perlu fokus pada apa yang dapat mereka kendalikan.

“Alih-alih panik tentang kemungkinan kehilangan pekerjaan karena mesin, pekerja harus berinvestasi dalam mempelajari cara bekerja bersama teknologi. Pekerja harus memperlakukannya sebagai sumber daya dan bukan ancaman, agar pekerja bisa merasa lebih berharga dan merasa tidak terlalu cemas,” ungkap Montrose.

Baca juga: Ketua Kadin: 23 Juta Pekerjaan Terancam Punah pada 2030

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com