Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Smelter Jadi Pijakan Indonesia Menuju Negara Maju

Kompas.com - 20/06/2023, 22:12 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyatakan smelter atau pabrik pengolahan dan pemurnian merupakan pijakan bagi Indonesia menjadi negara maju di masa mendatang.

Menurutnya, keberadaan sejumlah pabrik smelter di tanah air akan menambah daya saing yang dimiliki Indonesia dan mengubah ketergantungan ekonomi dari sektor konsumsi ke sektor produksi. 

"Smelter ini pijakan fondasi untuk kita menjadi negara maju, karena dari yang dulu bertumpu kepada konsumsi, sekarang bertumpu kepada produksi," ujar Jokowi saat meninjau proyek smelter kedua Freeport, di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Manyar, Gresik, Jawa Timur, Selasa (20/6/2023).

Baca juga: Ditjen Bina Konstruksi PUPR Usulkan Tambahan Anggaran Rp 114 Miliar

Lebih lanjut, Jokowi juga mendorong hasil produksi dari pabrik smelter tersebut agar diintegrasikan dengan hasil komoditas tambang lainnya yang tersebar di berbagai daerah di Tanah Air.

Komoditas tambang nikel yang ada di Sulawesi, bauksit yang ada di Bintan dan Kalimantan Barat, tin yang ada di Bangka Belitung, hingga copper foil yang ada di Gresik.

"Sehingga terintegrasi menjadi EV baterai, litium baterai, dan itu akan diintegrasikan lagi menjadi kendaraan listrik," kata Presiden.

Baca juga: Produk Tayang di E-Katalog Capai Target, LKPP Kini Kejar Nilai Transaksi

Presiden berharap proyek pembangunan pabrik smelter yang sudah mencapai 72 persen tersebut dapat selesai tahun 2024. "Kita harapkan semuanya nanti selesai sebelum Mei 2024," tambah Presiden.

Dilansir dari Harian Kompas, smelter kedua merupakan komitmen Freeport untuk mendukung hilirisasi bahan tambang. Smelter di JIIPE dibangun sejak 12 Oktober 2021 dengan target pembangunan fisik selesai akhir tahun ini.

Selanjutnya, smelter mulai dioperasikan pada Mei 2024 dan ditargetkan beroperasi penuh pada akhir tahun depan. Freeport bersaham penuh (100 persen) di pabrik kedua ini.

Smelter kedua direncanakan berkapasitas 1,7 juta dmt per tahun. Menurut Freeport, proyek telah menyerap pembiayaan sampai Rp 33 triliun.

Baca juga: Bos Waskita Buka Suara soal Dugaan Laporan Keuangan yang Dipoles

Jika beroperasi penuh, smelter dapat menghasilkan yang utama produk katoda tembaga 600.000 ton per tahun serta produk lumpur anoda berupa emas dan perak murni batangan 6.000 ton per tahun.

Produk sampingan yang juga dapat dihasilkan per tahun ialah 1,5 juta ton asam sulfat, 1,3 juta ton terak tembaga, dan 150.000 ton gipsum.

Freeport telah membangun smelter pertama pada 1996 dan beroperasi penuh sejak 1998 di Gresik. Pabrik pertama dikelola oleh PT Smelting Gresik dengan kepemilikan saham Freeport (60 persen) dan Mitsubishi (40 persen).

Smelter ini berkapasitas 1 juta dmt per tahun dengan produk katoda tembaga 300.000 ton per tahun. Smelter ini terpisah jarak sekitar 20 kilometer dengan yang di JIIPE.

Baca juga: Insentif Kartu Prakerja Digunakan untuk Peningkatan Keahlian

Untuk smelter pertama, Freeport berencana memperluas pembangunan sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi menjadi 1,3 juta dmt per tahun. Proyek perluasan itu ditargetkan selesai akhir 2024, seperti proyek smelter di JIIPE.

Jika digabungkan, kedua smelter dapat mengolah 3 juta dmt per tahun sehingga pengolahan dan pemurnian bahan tambang dapat seluruhnya atau 100 persen di dalam negeri.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com