Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Mal Berjuang Melawan Sepi

Kompas.com - 21/06/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat*

SORE yang cerah awal bulan Juni. Bangunan megah dengan pintu lobi yang besar seolah siap menyambut pengunjung datang.

Namun tak banyak pengunjung yang hadir di mal itu. Padahal ini adalah hari Sabtu menjelang malam Minggu. Hari di mana banyak orang terutama kawula muda bercengkerama menghabiskan waktunya di mal.

Sejumlah pengelola mal di kota besar seperti di kawasan Jabodetabek mengaku kekurangan pengunjung. Sempat tutup dua bulan pada 2020 karena pandemi dan kini berangsur normal kembali, ternyata tidak mengubah keadaan.

Jika ada yang mengatakan bahwa perilaku pengunjung telah berubah, tidak selamanya tepat. Memang terdapat perubahan perilaku berbelanja konsumen yang kini mengintegrasikan aktivitas, antara onsite, online, dan mobile.

Pengunjung datang ke toko untuk melihat atau mencoba barang secara langsung setelah sebelumnya melihat di website, kemudian bertransaksi secara mobile karena dirasa lebih praktis, dan menunggu barang diantar esok harinya di rumah.

Keberadaan toko fisik masih dibutuhkan hingga saat ini, bahkan menjadi satu-kesatuan dengan toko daring. Konsumen memanfaatkan secara bersamaan.

Selain berbelanja, sebagian pengunjung datang ke mal hanya untuk jalan-jalan atau window shopping dan bersosialiasi dengan anggota keluarga dan kolega.

Ketakutan pengelola mal bahwa perilaku ini akan berubah, nyatanya tidak terbukti.

Di kota-kota besar perilaku ini kembali ke sedia kala. Tempat-tempat di dalam mal yang memfasilitasi pengunjung untuk hang out tentu akan menjadi incaran.

Berbeda dengan perilaku anak muda di negara lain seperti Taiwan yang lebih suka jalan-jalan di night market, anak muda Indonesia di perkotaan tampaknya lebih suka menghabiskan waktunya di mal. Keadaan yang minimal pengunjung mengundang banyak tanya.

Langkah-langkah alternatif

Bagi sejumlah mal yang masih bertahan dengan jumlah pengunjung yang stabil bahkan meningkat, tampaknya ada hal menarik untuk diamati dan bisa dicoba untuk diterapkan.

Pertama, melakukan resegmentasi. Perubahan perilaku konsumen dengan kebiasaan yang berbeda memaksa pengelola mal memetakan kembali segmen pasar yang dituju.

Tak ada salahnya mengubah segmen konsumen jika dirasa tidak lagi menguntungkan.

Beberapa mal mencoba menaikkan “grade” segmen yang dituju hingga tampak lebih berkelas dan bergengsi. Mencoba menjadi magnet untuk menarik konsumen yang memiliki daya beli lebih memadai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com