Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Diprediksi Bakal Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan, Ini Alasannya

Kompas.com - 22/06/2023, 04:23 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur periode 21-22 Juni pada Kamis (22/6/2023) siang hari. Dalam pengumuman hasil RDG kali ini, suku bunga acuan diproyeksi belum bergerak.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM UI) menyatakan, salah satu pertimbangan BI akan mempertahankan suku bunga acuan ialah tingkat inflasi yang semakin terkendali. Tingkat inflasi tercatat terus menurun, di mana pada Mei mencapai 4 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 4,33 persen.

"Sejak Juni 2022, laju inflasi berada di atas kisaran target BI sebesar 2 persen hingga 4 persen karena adanya kenaikan harga pangan dan energi global," tulis LPEM UI, dalam risetnya, Rabu (21/6/2023).

Baca juga: The Fed Isyaratkan Naikkan Suku Bunga Lagi

Tingkat inflasi sebesar 4 persen sebenarnya sudah mencapai kisaran atas target BI. Namun, dalam berbagai kesempatan pejabat BI menyatakan, tingkat suku bunga acuan belum akan disesuaikan selama tingkat inflasi masih berada di kisaran atas target.

Penurunan inflasi juga diikuti dengan penurunan tingkat komponen inflasi inti, komponen yang menjadi pertimbangan BI menentukan arah suku bunga acuan. Tercatat tingkat inflasi inti turun menjadi 0,06 persen secara bulanan (month to month/mtm) pada Mei, dari bulan sbeelumnya sebesar 0,25 persen.

"Hal tersebut tidak serta merta mengindikasikan bahwa permintaan atau daya beli masyarakat mulai menurun, karena tren historis angka inflasi inti masih dipengaruhi oleh faktor musiman seperti normalisasi permintaan dan harga pasca lebaran," tulis LPEM UI.

Jeda kenaikkan suku bunga The Fed

Selain sentimen inflasi, BI juga diyakini mencermati arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), yang pada pertemuan terakhirnya mempertahankan suku bunga acuan di level 5 hingga 5,25 persen. Ini menjadi kali pertama setelah 10 pertemuan berturut-turut The Fed mengkerek suku bunga acuannya.

Meskipun demikian, pejabat The Fed memberikan sinyal, penahanan tingkat suku bunga acuan itu merupakan sebuah jeda. The Fed masih berkomitmen untuk terus menekan tingkat inflasi Negeri Paman Sam lewat pengetatan kebijakan moneter.

Keputusan jeda The Fed dinilai LPEM UI sebagai sentimen positif bagi pasar keuangan emerging market. Pasalnya, margin imbal hasil antara suku bunga kebijakan AS dengan emergin market menipis.

"Hal ini memberikan keuntungan bagi negara-negara emerging market, karena investor mengalihkan asetnya ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia yang juga memiliki kondisi perekonomian domestik yang kuat," tulis LPEM UI.

Akibatnya, Indonesia terus mencatatkan aliran modal masuk sebesar 1,67 miliar dollar AS menjadi total 5,23 miliar dollar AS dari pertengahan Mei hingga pertengahan Juni. Sentimen ini membuat imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun dan 1 tahun menurun, dari masing-masing sebesar 6,54 persen dan 5,86 persen pada bulan sebelumnya menjadi 6,35 persen dan 5,57 persen.

Dengan melihat sentimen dalam dan luar negeri tersebut, LPEM UI memproyeksi, tingkat suku bunga acuan BI akan dipertahankan di level 5,75 persen. Tingkat suku bunga acuan ini dinilai masih akomodatif untuk mendukung momentum pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga stabilitas harga dan nilai tukar.

"Kami melihat bahwa BI harus tetap mempertahankan suku bunga kebijakannya di 5,75 persen untuk saat ini," tulis LPEM UI.

Baca juga: Bank Wajib Bayar Premi Restrukturisasi, Suku Bunga Diprediksi Naik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com