Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Kelanjutan WBSK di Mandalika...

Kompas.com - 22/06/2023, 07:01 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Mega proyek pengembangan kawasan Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), rupanya meninggalkan setumpuk utang. BUMN yang ditugasi pemerintah mengelola kawasan itu pun kesulitan membayar cicilan pinjaman yang segera jatuh tempo.

Sebagai informasi saja, pengembang kawasan Mandalika adalah PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), perusahaan ini merupakan anggota holding BUMN PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney.

Selain itu, karena kurang cermatnya perhitungan, penyelenggaraan balapan seperti World Superbike (WSBK) hingga MotoGP justru mengakibatkan kerugian finansial bagi ITDC karena besar pasak daripada tiang.

Manajemen InJourney menyatakan akibat langsung dari penugasan pemerintah untuk pengembangan Mandalika, ITDC kini harus menanggung utang sebesar Rp 4,6 triliun.

Baca juga: BUMN Pengelola Mandalika Terjerat Utang, Ujung-ujungnya Minta APBN

Rinciannya, utang jangka pandek (short term liabilities) sebesar Rp 1,2 triliun dan utang jangka panjang (long term liabilities) Rp 3,4 triliun. Arus kas pun tak sanggup membayar utang jangka pendek yang akan segera jatuh tempo. 

Agar keuangan tidak semakin limbung, InJourney belakangan meminta DPR dan pemerintah agar mau menyetujui pencairan suntikan dana APBN melalui penyertaan modal negara (PMN).

Wacana WSBK dihapus

Menyikapi kerugian yang dialami ITDC dari penyelenggaraan balapan di Sirkuit Mandalika, Menteri BUMN Erick menyebut solusi yang diambil adalah menghapus World Superbike (WSBK) dari kalender Mandalika.

"Itu kan lumayan jadi penghematan. Kita nego dulu, kan belum tentu diterima," kata Erick dikutip dari Kompas TV, Kamis (22/6/2023).

Erick menjelaskan, WSBK digelar di Mandalika awalnya sebagai sebuah tes event sebelum digelarnya MotoGP di lokasi yang sama.

Baca juga: BUMN Tercekik Utang Rp 4,6 Triliun gara-gara Bangun Mandalika

Nah, setelah ajang MotoGP di Mandalika sukses, Erick menilai tak ada salahnya menghapus WSBK yang membebani keuangan perusahaan.

"Tentu kan kita harus melakukan efisiensi, bahwa waktu itu kita bidding MotoGP, tetapi di situ ada rangkaian tes event WSBK. Saya rasa hal yang lumrah, tapi kita boleh dong negosiasi. Karena ini sudah ke-2, ke-3, tes event-nya nggak perlu ada lagi. MotoGP-nya aja," tuturnya.

Suara agar WSBK dipertahankan 

Lain Erick lain pula pandangan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Pengusaha pemilik saham Saratoga ini mengungkapkan penghapusan WSBK bukan solusi.

Berkebalikan dengan Erick Thohir, Sandiaga berpendapat justru jumlah event di Sirkuit Mandalika harus ditambah, bukannya malah dikurangi atau dihapus.

Baca juga: Balapan MotoGP di Mandalika Malah Bikin BUMN Rugi

“Jadi ini perlu dikaji lebih menyeluruh karena dengan event yang lebih banyak di Mandalika, kita harapkan justru Mandalika tumbuh dan berkembang,” kata Sandiaga.

Ia bilang, kerugian yang dialami ITDC sebenarnya bisa dihindari apabila ada perhitungan matang dan cermat secara bisnis. Sebagai pengusaha, dari matematika bisnis, seharusnya ajang balapan di Mandalika bisa menghasilkan untung, sehingga aneh rasanya jika kemudian yang terjadi malah merugi.

Terlebih, kementeriannya ikut urunan mengeluarkan anggaran tak sedikit untuk kegiatan promosi pariwisata di Mandalika.

“Terkait penyelenggaraan, itu business to business (b to b), dan apabila penyelenggaraan itu dilakukan dengan penuh profesionalisme dan perhitungan yang tepat, karena di WSBK, MotoGP pada 2022 itu kami pemerintah yang membayar, Kemenparekraf yang membayar saat itu,” beber Sandiaga.

Baca juga: Ternyata Balapan di Sirkuit Mandalika Justru Bikin BUMN Rugi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com