JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan sebanyak 40 perusahaan berada di pipeline Bursa hingga Mei 2023.
Berdasarkan World Federation of Exchange, di negara ASEAN, Indonesia Stock Exchange alias (BEI) berada di posisi kedua setelah Bursa Malaysia dalam hal jumlah perusahaan tercatat, yakni 864 perusahaan per Mei 2023. Sementara Malaysia sebanyak 989 perusahaan tercatat.
"Sampai dengan Mei jumlah perusahaan baru tercatat sudah 40, padahal belum setengah tahun. Untuk perusahaan baru tercatat di bursa kita tumbuh 4,7 persen, hampir tidak ada yang tumbuh positif lebih dari 4,7 persen, dari perusahaan tercatat yang ada," kata Iman Rachman Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) secara virtual, Rabu (28/6/2023).
Baca juga: Transaksi Harian Masih Sepi, BEI: Investor Masih Wait and See
Untuk Non ASEAN, Bursa Jepang hanya tumbuh 0,28 persen, Nasdaq AS bahkan turun 2,9 persen, Shenzhen Stock Exchange tumbuh 1,6 persen. Di negara ASEAN, bursa Malaysia tumbuh 0,9 persen, dan Thailand tumbuh 1,4 persen.
"Jadi, Indonesia yang pertumbuhan perusahaan baru tercatat terbesar dan terbanyak sampai Mei 2023. Target kami tahun lalu 59 perusahaan tercatat, tahun ini 57 perusahaan tercatat, dan ternyata ini sudah lebih dari 40 perusahaan,” ujar Iman.
Sepanjang 2022, sebanyak 59 perusahaan yang menggalang dana di pasar modal melalui Initial Public Offering (IPO). Jumlah tersebut bertambah 5 perusahaan dibandingkan tahun 2021 sebesar 54 perusahaan tercatat.
Adapun nilai IPO sepanjang tahun 2022 sebesar Rp 31,1 triliun. Dengan demikian total perusahaan tercatat sepanjang tahun 2022 adalah sebanyak 825 perusahaan.
"Kalau kita lihat dari pencatatan saham, jumlah perusahan tercatat tahun lalu sebanyak 825 dengan tambahan perusahaan baru yang tercatat 59 perusahaan. Tahun lalu yang tertinggi sejak swastanisasi tahun 1992, dengan fund rised Rp 33,1 triliun," kata Iman.
Iman optimistis semester II tahun 2023 akan ada perusahaan – perusahaan yang melantai di BEI dengan nilai IPO jumbo, menyusul emiten BUMN Pertamina Geothermal (PGEO) dengan raihan dana IPO jumbo sebesar Rp 9,05 triliun. PGEO melantai di BEI pada Februari tahun ini.
“Jadi akan ada lagi yang besar, yang kita harapkan menjadi katalis perdagangan. Tahun ini sudah 3 perusahaan yang nilai IPO-nya di atas 700 juta AS, di angka Rp 9 triliun sudah sangat besar," jelas Iman.
Baca juga: Pembahasan Aturan Bursa Karbon Tertunda, OJK: Tenang Saja, Pasti Keluar
Sementara Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Irvan Susandy mengatakan, dengan adanya IPO perusahaan dengan nilai 700-800 juta dollar AS pada semester II-2023, diharapkan akan mendorong investasi dan transaksi di BEI.
“Calon perusahaan tercatat yang nilainya besar, sedang kita tunggu semester dua. Kita harapkan dengan IPO senilai 700-800 juta dollar AS ini akan membuat pilihan investasi dan transaksi bursa meningkat,” ungkap Irvan.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebut, semester II tahun ini, Bursa menargetkan pencatatan efek, mencakup IPO perusahaan, emisi obligasi dan sukuk, emisi waran terstruktur, ETF, EBA, hingga EBA Syariah.
Hingga saat ini, Bursa telah menerima dokumen dari para entrepreneur sebagai upaya menjadikan perusahaannya sebagai perusahan publik. Nyoman yakin, target efek baru tahun ini akan melampaui pencapaian sebelumnya. Pihaknya juga berhati-hati dalam melihat perkembangan global yang ada.
“Kami optimistis, dan bursa melihatnya secara komprehensif untuk seluruh efek. Terkait dengan efek baru saham keliatannya akan naik, seperti data yang ada dari jumlah perusahaan tercatat dan di pipeline, kami juga mengejar dari efek-efek yang lain. Harapan kita akan lebih banyak lagi efek tercatat semester II ini,” tegas Nyoman.
Baca juga: Hati-hati, 12 Saham Ini Berpotensi Melorot ke Level Rp 1
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.