Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut: Bank Dunia Enggak "Fair" soal Indeks Performa Logistik

Kompas.com - 19/07/2023, 08:47 WIB
Ade Miranti Karunia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Bank Dunia tidak adil terkait hasil indeks performa logistik.

Berdasarkan Logistics Performance Index (LPI) yang dirilis Bank Dunia, Indonesia hanya menempati peringkat ke-63 dari total 139 negara yang dikaji.

"Saya terus terang enggak fair juga dong kamu (Bank Dunia) nilai satu pelabuhan dengan katakanlah 34 atau 116 pelabuhan, kita angkanya banyak ini, tergantung strata tingkatan kualitas pelabuhannya," ucapnya, dikutip dari kanal Youtube StranasPK Official, Selasa (18/7/2023).

Baca juga: Ke Afrika, Luhut Jajaki Impor 50.000 Ekor Sapi dan 300.000 Ton Kedelai

Oleh karena itu, Luhut berencana mengundang perwakilan Bank Dunia ke Indonesia untuk membahas terkait indeks performa logistik Tanah Air yang disebut turun 17 peringkat.

"Setelah vakum lima tahun, logistics performance index kita kembali dirilis oleh World Bank. Nanti akan saya undang itu World Bank, mau tanya di mana kelemahan kita supaya kita tahu diperbaiki," kata Luhut.

Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu mengatakan, Indonesia tidak menutup kritikan. Maka dari itu, dilakukan pembenahan terhadap logistik di pelabuhan dengan melakukan digitalisasi.

Baca juga: Luhut Ungkap Ada Harta Karun Migas di Papua

Ia menyebut seharusnya penerapan sistem digital di pelabuhan membuat performa logistik di Indonesia bisa meningkat.

"Kita juga tidak menutup diri terhadap kritik, tapi yang jelas cost itu kita berhasil menurunkan dengan digitalisasi yang kita canangkan. Jadi kita lakukan itu sehingga efisiensi dalam pelabuhan sekarang kecepatannya jauh lebih cepat," ujar Luhut.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, LPI Indonesia mengalami penurunan ketika negara-negara lain mencatatkan kenaikan.

Baca juga: Luhut Sebut Pemerintah Bakal Setop Ekspor Gas

Berdasarkan laporan LPI, Indonesia menempati peringkat ke-63 dari total 139 negara yang dikaji. Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan  Vietnam.

Penurunan peringkat LPI Indonesia disebabkan oleh penurunan empat indikator penghitungan LPI, yakni international shipments, logistics competence and quality, timelines, dan tracking & tracing. Sementara itu, dua indikator penghitungan lainnya, yakni customs dan infrastructure, mengalami kenaikan.

"Jadi kita memang perlu terus memperbaiki," kata Sri Mulyani dalam diskusi INSW, Jumat (9/6/2023).

Baca juga: Luhut Temui IMF Awal Agustus, Bakal Sampaikan RI Konsisten Larang Ekspor Nikel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com