Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Turun Tipis Dipicu Aksi Ambil Untung

Kompas.com - 20/07/2023, 08:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia turun tipis pada akhir perdagangan Rabu (19/7/2023) waktu setempat atau Kamis pagi WIB, karena investor mengmbil untung dari tren kenaikan harganya sebelumnya.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent turun 17 sen AS menjadi sebesar 79,46 dollar AS per barrel, sedangkan harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS turun 40 sen AS menjadi sebesar 75,35 dollar AS per barrel.

Pada perdagangan hari sebelumnya, harga minyak mentah dunia menguat lebih dari 1 persen usai China, importir minyak terbesar dunia, memastikan akan berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Baca juga: Dow Jones Catat Kenaikan 8 Kali dalam 4 Tahun Terakhir, Wall Street Berakhir Hijau

Hal ini menjadi angin segar bagi pasar minyak mentah. Sebab dengan menguatnya ekonomi China, maka permintaan terhadap bahan bakar akan meningkat, sehingga berdampak pada kenaikan harga minyak mentah.

Kini harga minyak turun tipis seiring para pelaku pasar mangambil untung dari kenaikan sebelumnya.

"Pelaku pasar mengambil keuntungan dari harga yang lebih tinggi sebelumnya," ujar Phil Flynn, Analis di Price Futures Group.

Pelemahan harga minyak mentah dunia juga dipicu indeks dollar AS yang naik 0,3 persen ke level 100,28. Kenaikan ini membuat harga minyak mentah menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga mengurangi permintaan terhadap minyak mentah.

Namun pelemahan harga minyak dunia menjadi terbatas berkat kondisi persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang mengetat. Persediaan minyak mentah AS turun 708.000 barrel pada pekan lalu menjadi sebanyak 457,4 juta barrel, menurut laporan Administrasi Informasi Energi (EIA) AS.

Baca juga: Estimasi Tarif Maksimal LRT Jabodebek Rp 23.000-24.000

Di sisi lain, kondisi ekonomi AS yang menunjukkan melemah mendorong ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) akan segera menghentikan tren kenaikan suku bunga.

Seperti diketahui, suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman dan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, serta mengurangi permintaan minyak.

Adapun pelemahan ekonomi AS tercermin dari inflasi yang turun ke level 3 persen di Juni 2023, serta penjualan ritel AS pada Juni 2023 yang hanya naik 0,2 persen, laju kenaikan yang lebih lambat dibandingkan Mei dan April 2023.

"Pelaku pasar mulai menjadi jauh lebih optimis karena inflasi mereda. Tiap kali ada perkembangan data inflasi, maka berarti ada peningkatan permintaan minyak," kata Naeem Aslam dari Zaye Capital Markets.

Baca juga: Intip Kisaran Gaji Tukang Parkir Pesawat atau Marshaller

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com