Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bapanas Pastikan Kebijakan India Setop Ekspor Beras Tak Berpengaruh ke Indonesia

Kompas.com - 21/07/2023, 15:10 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - India resmi menghentikan sebagian besar ekspor varietas beras.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, kebijakan pemerintah India tersebut tak memengaruhi pasokan beras dalam negeri.

"Insya Allah tidak berpengaruh (Kebijakan India). Beras kita kalkulasinya aman," kata Arief saat dihubungi Kompas.com, Jumat (21/7/2023).

Arief mengatakan, stok beras di Bulog hingga saat ini sebesar 730.000 ton dan akan terus diserap dari para petani hingga akhir tahun 2023.

Baca juga: Bulog Pastikan Stok Beras Aman untuk Antisipasi Dampak El Nino

"Saat ini ada 730.000 ton di Bulog dan akan terus kita serap sampai akhir rahun 2,4 juta ton beras. Kita juga diminta Pak Presiden untuk top up segera stok Bulog sampai dengan 1,2 juta ton," ujarnya.

Lebih lanjut, Arief mengatakan, kebijakan India yang menghentikan ekspor beras tak berpengaruh pada kegiatan impor beras RI. Sebab, kata dia, pemerintah melakukan impor beras beberapa negara seperti Vietnam, Pakistan, dan Thailand.

"Kita impor dari Vietnam, Thailand, dan Pakistan," ucap dia.

Dilansir dari Kompas Global, Pemerintah India pada Kamis (20/7/2023) memerintahkan penghentian ekspor beras terbesarnya.

Negara pengekspor biji-bijian terbesar di dunia itu kira-kira akan mengurangi separuh pengiriman beras mereka, yang memicu kekhawatiran akan inflasi lebih lanjut di pasar makanan global.

Pemerintah India mengatakan akan memberlakukan larangan terhadap beras putih non-basmati setelah harga beras eceran naik 3 persen dalam sebulan.

Baca juga: Harga Beras Naik, Mendag: Kalau Ada Kesulitan, Ada Beras Bulog

Kenaikan harga tersebut terjadi setelah hujan monsun lebat yang datang terlambat menyebabkan kerusakan signifikan pada tanaman.

India menyumbang lebih dari 40 persen ekspor beras dunia. Jika persediaan dari para eksportir lain rendah, pengurangan ekspor beras India ini dapat menaikkan harga makanan yang sudah terdorong naik oleh invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu dan cuaca yang tidak menentu.

"Untuk memastikan ketersediaan beras putih non-basmati yang memadai di pasar India dan untuk meredakan kenaikan harga-harga di pasar domestik, pemerintah India telah mengubah kebijakan ekspor," kata Kementerian Pangan India dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Kategori yang terkena dampaknya, yaitu beras putih dan beras pecah kulit non-basmati, menyumbang sekitar 10 juta ton dari total 22 juta ton ekspor beras India pada tahun lalu. Pemerintah India mengklarifikasi pada Kamis bahwa beras pratanak, yang mewakili 7,4 juta ton ekspor pada 2022, tidak termasuk dalam larangan tersebut.

Langkah ini menunjukkan sensitivitas pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi terhadap inflasi pangan menjelang pemilihan umum yang akan diadakan tahun depan.

Pemerintahannya telah memperpanjang larangan ekspor gandum setelah membatasi pengiriman beras pada September 2022. Pemerintah juga membatasi ekspor gula tahun ini karena hasil panen tebu menurun.

"India akan mengganggu pasar beras global dengan kecepatan yang jauh lebih besar daripada yang dilakukan Ukraina di pasar gandum dengan invasi Rusia," kata B.V. Krishna Rao, presiden Asosiasi Eksportir Beras mengatakan kepada Reuters.

Baca juga: Bos Bulog Pastikan 500.000 Beras Impor Sudah Disalurkan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

Whats New
BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

Whats New
ADRO Raih Laba Bersih Rp 6,09 Triliun pada Kuartal I 2024

ADRO Raih Laba Bersih Rp 6,09 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Elnusa Bukukan Laba Bersih Rp 183 Miliar di Kuartal I-2024

Elnusa Bukukan Laba Bersih Rp 183 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com