Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Kredit Kian Melambat, BI Beri "Jamu" Ini untuk Perbankan

Kompas.com - 25/07/2023, 19:40 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan kredit perbankan semakin melambat seiring dengan menurunnya permintaan pembiayaan dari dunia usaha. Merespons hal tersebut, Bank Indonesia (BI), kembali memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial untuk mendongkrak kredit perbankan nasional.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kredit perbankan tumbuh 7,76 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Juni lalu. Tingkat pertumbuhan itu lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 9,39 persen secara yoy.

"Kredit atau pembiayaan perbankan tumbuh melambat karena menurunnya permintaan kredit dari dunia usaha," ujarnya, dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Juli 2023, Selasa (25/7/2023).

Bank sentral mencatat, likuiditas perbankan sebenarnya masih longgar hingga pertengahan tahun 2023. Hal ini terefleksikan dari data rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi, yakni 26,73 persen.

Baca juga: Masih Ingin Tekan Inflasi, BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan

Namun demikian, di tengah longgarnya sisi penawaran oleh tersedianya likuiditas, tingginya rencana penyaluran kredit, serta longgarnya standar penyaluran kredit/pembiayaan perbankan, korporasi cenderung mempercepat pelunasan kredit, dan berperilaku wait and see dalam meningkatkan rencana investasinya ke depan.

Melihat fenomena tersebut, Perry menegaskan, BI berkomitmen untuk terus mendorong penyaluran kredit atau pembiayaan dari sisi penawaran perbankan. Hal ini dilakukan dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Untuk kredit, Bank Indonesia punya jamu lain, insentif likuiditas, makrporudensial, ditingkatkan," kata Perry.

Perry menyebutkan, penguatan dilakukan terhadap stimulus Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) bagi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah  (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS). Penguatan ini akan berlaku sejak 1 Oktober 2023.

Adapun penguatan yang dimaksud mencakup penajaman insentif likuiditas kepada bank penyalur kredit pada sektor hilirisasi minerba dan hilirisasi nonminerba, perumahan, pariwisata, inklusif, serta ekonomi keuangan hijau.

Baca juga: BI Bebaskan Tarif QRIS untuk Transaksi hingga Rp 100.000

Kemudian BI mengerek besaran total insentif dari semula paling besar 2,8 persen menjadi 4 persen. Total insentif ini terdiri untuk penyaluran kredit kepada sektor tertentu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, paling besar 2 persen, meningkat dari sebelumnya 1,5 persen.

Lalu, insentif kepada bank penyalur kredit inklusif ditingkatkan dari sebelumnya 1 persen menjadi 1,5 persen, dengan rincian 1 persen untuk penyaluran kredit UMKM/KUR dan 0,5 persen untuk penyaluran kredit UMi. Sementara untuk insentif terhadap penyaluran kredit hijau menjadi paling besar 0,5 persen, meningkat dari sebelumnya 0,3 persen.

"Ini bauran kebijakan Bank Indonesia, ramuan jamunya kebijakan Bank Indonesia untuk kredit," ucap Perry.

Melalui berbagai stimulus tersebut, BI optimis penyaluran kredit perbankan dapat tumbuh pada kisaran 9 hingga 11 persen sepanjang tahun 2023.

Baca juga: Gubernur BI Prediksi Inflasi Turun ke Bawah 3,5 Persen pada Juli 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com