Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turun 14,6 Persen, NCKL Raih Laba Bersih Rp 2,7 Triliun pada Semester I-2023

Kompas.com - 03/08/2023, 13:12 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) mencatatkan penurunan 14,6 persen laba periode berjalan pada semester I-2023, menjadi Rp 2,7 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 3,5 triliun.

Peningkatan beban pokok penjualan menggerus laba NCKL. Beban pokok entitas Harita Group ini pada semester I-2023 naik menjadi Rp 6,7 triliun, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, Rp 2,4 triliun.

Meski demikian, perusahaan pertambangan nikel dan industri hilir ini mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 89 persen menjadi sebesar Rp 10,2 triliun dibanding Rp 5,4 triliun di semester pertama tahun 2022.

“Kenaikan penjualan yang signifikan merupakan hasil dari upaya Perseroan yang melakukan ekspansi peningkatan kapasitas produksi secara berkelanjutan baik dari lini produksi High Pressure Acid Leach (HPAL) maupun lini produksi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF),” kata Corporate Secretary NCKL Franssoka dalam siaran pers, Rabu (2/8/2023).

Baca juga: Pertama di RI, Trimegah Bangun Persada Produksi Bahan Baterai Kendaraan Listrik

Dari lini produksi refinery HPAL, perseroan mencatatkan kenaikan penjualan MHP dari 19.588 ton kandungan nikel di semester pertama tahun 2022 menjadi sebesar 23.969 ton kandungan nikel di semester pertama tahun 2023, atau bertumbuh sebesar 22 persen.

Perseroan juga membukukan kenaikan volume penjualan feronikel menjadi 37.756 ton kandungan nikel di semester pertama tahun 2023, atau naik 171 persen dari 13.910 ton kandungan nikel di semester pertama tahun 2022.

Perseroan juga berhasil memproses MHP menjadi produk turunan lebih lanjut berupa Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat, yang merupakan bahan baku utama untuk pembuatan ternary precursor, yang diperlukan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik berbasis nikel.

Pabrik Nikel Sulfat telah berproduksi secara komersial dengan kapasitas produksi sebesar 240.000 ton Nikel Sulfat/tahun sedangkan unit Kobalt Sulfat sedang dalam proses uji coba produksi. Perseroan telah melakukan ekspor perdana Nikel Sulfat sejumlah 5.800 ton Nikel Sulfat pada akhir semester pertama tahun 2023.

Walaupun harga nikel secara global melemah sejak akhir tahun 2022, Perseroan berhasil membukukan laba bruto sebesar Rp 3,5 triliun, atau naik sebesar 17 persen dibandingkan dengan Rp 3,0 triliun di semester pertama tahun 2022. Laba usaha juga meningkat sebesar 13% menjadi Rp 3,07 triliun dari Rp 2,71 triliun di semester pertama tahun 2022. Sedangkan, laba periode berjalan meningkat 2% menjadi Rp 3,21 triliun dari Rp 3,16 triliun di semester pertama tahun 2022.

Adapun total aset perseroan mengalami kenaikan menjadi Rp 42,3 triliun per Juni 2023, naik dibandingkan periode Desember 2022. Total aset mencakup aset lancar sebesar 12,8 triliun, dan aset tidak lancar sebesar Rp 29,5 triliun.

Liabilitas atau utang perseroan per Juni 2023 mengalami penurunan menjadi Rp 17,7 miliar, dibandingkan dengan akhir 2022 sebesar Rp 20,3 triliun. Adapun liabilitas jangka pendek turun menjadi Rp 9,5 triliun, dan liabilitas jangka panjang menjadi Rp 8,14 triliun. Sementara itu, ekuitas perseroan mengalami kenaikan menjadi Rp 42,3 triliun per Juni 2023, dibandingkan periode Desember 2022.

Tahun 2023, perseroan mentargetkan produksi sebesar 50.000 – 52.000 ton kandungan nikel untuk produk MHP dan 90.000 ton kandungan nikel untuk produk feronikel di tahun 2023. Perseroan juga mempunyai rencana untuk mengkonversi sebagian produk MHP menjadi Nikel Suflat dan Kobalt Sulfat di tahun 2023.

“Dengan semakin berkembangnya industri kendaraan listrik secara global serta rencana Pemerintah untuk menjadi salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia, Perseroan berkomitmen untuk melakukan investasi dan pembangunan fasilitas produksi yang dapat meningkatkan volume dan nilai tambah dari produk yang dihasilkan Perseroan,” jelas dia.

Saat ini, Perseroan sedang melakukan ekspansi lebih lanjut dengan membangun fasilitas refinery HPAL kedua melalui entitas anak yaitu PT Obi Nickel Cobalt (ONC) yang ditargetkan akan memiliki 3 jalur produksi dengan kapasitas produksi 65.000 ton kandungan nikel/tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan diharapkan akan mulai beroperasi di semester pertama tahun 2024.

Perseroan juga sedang merencanakan ekpansi lebih lanjut untuk lini produksi RKEF melalui entitas asosiasi yaitu PT Karunia Permai Sentosa (KPS) yang ditargetkan memiliki 12 jalur produksi dengan kapasitas produksi 185.000 ton kandungan nikel per tahun (feronikel) dan diharapkan akan beroperasi secara bertahap mulai semester kedua tahun 2025.

Perseroan juga sedang dalam tahap perencanaan proyek baja nirkarat (stainless steel) dimana sebagian feronikel yang diproduksi oleh Perseroan dan entitas anak di sektor RKEF akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan produk baja nirkarat.

Baca juga: Jumlah Penumpang Melesat, Pelni Kantongi Laba Bersih Rp 113,3 Miliar di Semester I 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com