Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Indonesia Alami Deindustrialisasi Dini? Ini Kata Pakar Unpad dan UI

Kompas.com - 08/08/2023, 18:31 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia disebut-sebut mengalami deindustrilisasi dini lantaran kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) turun yang dulu sempat menyentuh angka 32 persen sekarang hanya 18,3 persen.

Deindustrialisasi merupakan proses kebalikan dari industrialisasi, yaitu penurunan kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Ihwal itu, Rektor Universitas Padjajaran, Profesor Rina Indiatuti menilai tidak tepat jika Indonesia disebut mengalami deindustrialisasi.

Sebab menurut dia, untuk melihat ada tidaknya deindustrialisasi dapat dilihat dari 3 faktor yakni pertama, terjadi penurunan pertumbuhan pendapatan per-kapita yang merupakan symptom perburukan kinerja ekonomi makro.

Baca juga: Kemenperin Bantah Indonesia Alami Deindustrialisasi Dini

Kemudian yang kedua, kontribusi manufaktur terhadap perekonomian turun, dan terakhir terjadi perubahan struktur ekonomi dan sosial yang besar.

"Bila melihat bahwa saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh dan tidak terjadi perubahan struktur ekonomi dan sosial yang besar, berarti deindustrialisasi tidak terjadi. Bilapun saat ini dikatakan bahwa terjadi penurunan kontribusi manufaktur, hal itu bersifat sementara karena pada 2025 dan 2045 kontribusi manufaktur terhadap perekonomian mencapai 18,7 persen dan 28 persen," ujarnya dalam diskusi daring, Senin (7/8/2023).

"Jadi tidak tepat bila dikatakan Indonesia mengalami deindustrialisasi. Apalagi prospek pertumbuhan ke depan masih sangat besar, " sambung dia.

Baca juga: Bappenas: Indonesia Alami Deindustrialisasi Dini

Sementara itu, peneliti senior LPEM FEB UI yang juga merupakan Tenaga Ahli Menteri Keuangan Bidang Industri dan Perdagangan Internasional, Kiki Verico berpendapat tidak mudah untuk mengatakan suatu negara mengalami deindustrialisasi hanya karena sektor manufaktur mengalami penurunan kontribusi.

Ia menyampaikan, deindustrialisasi adalah sebuah kondisi yang dipengaruhi oleh kebijakan yang terjadi akibat ekonomi tidak kompetitif atau terlalu tertutup, sehingga menyebabkan inflasi tinggi, nilai tukar tidak stabil, suku bunga tinggi, dan daya saing manufaktur menurun.

“Inflasi di Indonesia, khususnya sejak 2016, selalu lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi, kecuali saat awal pandemi Covid-19 pada 2020. Sehingga tidak bisa dikatakan memicu deindustrialisasi,” ujar Kiki.

Lebih lanjut dia mengatakan, sektor manufaktur berkontribusi terhadap nilai tambah PDB nasional sebesar 19 persen, terbesar di antara sektor lainnya. Sektor ini juga merupakan sektor terbesar ketiga dalam penyerapan tenaga kerja.

“Sektor manufaktur merupakan game changer. Indonesia disebut emerging karena pertumbuhannya di atas pertumbuhan ekonomi dunia dan menjadi the puller of global economic growth. Sehingga, dunia melihat Indonesia sebagai sumber pertumbuhan,” paparnya.

Baca juga: Arus Balik Deindustrialisasi Dini

 


Dia juga menilai, percepatan pertumbuhan perlu dikejar sebelum terjadi penurunan deviden demografi yang diperkirakan terjadi pada tahun 2037. “Dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7 persen, Indonesia perlu menguatkan struktur melalui manufaktur sehingga kontribusinya dapat kembali pada kisaran 28-30 persen. Pertumbuhan sektor manufaktur diharapkan mencapai 9-10 persen,” jelas Kiki.

Kiki juga mengatakan, langkah yang perlu diambil untuk meningkatkan kontribusi sektor manufaktur di antaranya meningkatkan kualitas SDM manufaktur termasuk melalui peningkatan investasi manufaktur. Selanjutnya, terus mendorong ekonomi inklusif manufaktur melalui penerapan teknologi digitalisasi.

Kiki juga menekankan, transformasi struktural manufaktur dilakukan dengan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi manufaktur dunia, termasuk pada produk-produk green industry (industri hijau).

Selain itu Indonesia juga dinilai memiliki potensi untuk mengembangkan aftersales service (jasa purnajual) untuk produk-produk industri. Kegiatan R&D dan inovasi sangat diharapkan berkembang di Indonesia.

Baca juga: Menperin Bantah Indonesia Tengah Hadapi Deindustrialisasi

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com