Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebutuhan Nikel untuk Kendaraan Listrik Diperkirakan Naik 25.133 Ton di 2025

Kompas.com - 03/10/2023, 20:40 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) memperkirakan kebutuhan nikel untuk baterai kendaraan listrik akan terus meningkat tiap tahunnya.

Komite Tetap Minerba Kadin Indonesia Arya Rizqi Darsono mengatakan, kebutuhan nikel untuk baterai kendaraan listrik akan mencapai 25.133 ton di tahun 2025.

"Kemudian di tahun 2030 kebutuhan nikel meningkat 37.699 ton, dan 2035 sebanyak 59.506 ton," kata Rizqi dalam diskusi Kompas.id bertajuk "Kesiapan Industri dalam Menyerap Produk Hilirisasi" di Menara Kompas, Jakarta, Selasa (3/10/2023).

Rizqi mengatakan, Indonesia berpotensi memiliki jumlah smelter nikel terbesar di dunia.

Baca juga: Cadangan Nikel Indonesia 5,3 Miliar Ton, Bakal Habis dalam 15 Tahun

Meski demikian, ia mengatakan, sumber daya dan cadangan nikel Indonesia umumnya masih berupa limonit.

"Apa yang dilakukan pemerintah sudah baik, namun memang perlu ditingkatkan lagi karena masih ada ketidakseimbangan dengan jumlah smelter, smelter pirometalurgi dan smelter hidromeralurgi," ujarnya.

Lebih lanjut, Rizqi mengatakan, industri nikel Indonesia memiliki tantangan, salah satunya penurunan permintaan kendaraan listrik dan turunnya harga baterai 10 persen pada Agustus 2023.

"Kemudian pengolahan nikel yang tidak sesuai standar. Rata-rata smelter nikel Indonesia menghasilkan nikel kelas 2 (Ferronikel/pig iron) sedangkan produksi katoda baterai memerlukan nikel kelas 1 yang mengandung 99,8 persen nikel," ucap dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengeklaim hilirisasi komoditas nikel kini berkembang pesat. Perkembangan ini terjadi setelah pemerintah menyetop ekspor nikel ore sejak 2020.

Penyetopan ekspor ini disebut berdampak terhadap penumbuhan investasi hilirisasi dengan adanya 43 pabrik pengolahan nikel.

Jokowi menyebut kehadiran 43 pabrik pengolahan nikel ini akan membuka peluang lapangan kerja sangat besar.

Baca juga: Soal Cadangan Nikel di RI Menipis, Bahlil: Di Papua Masih Banyak

"Ini baru satu komoditas," kata Jokowi saat menyampaikan pidato dalam Sidang Tahunan MPR 2023 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2023).

Jokowi juga mengingatkan dampak positif apabila Indonesia secara konsisten melakukan hilirisasi komoditas lainnya seperti tembaga, bauksit, crude palm oil (CPO), hingga rumput laut.

Jika hilirsasi terhadap komiditas tersebut dijalankan secara konsisten, kata Jokowi, dalam 10 tahun mendatang diperkirakan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia bisa mencapai Rp 153 juta atau 10.900 dollar Amerika Serikat.

Selain itu, dalam 15 tahun ke depan, pendapatan per kapita penduduk Indonesia dapat menembus Rp 217 juta atau 15.800 dollar Amerika Serikat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com