Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Menguat, Rupiah Masih Bertengger di Rp 15.600 per Dollar AS

Kompas.com - 05/10/2023, 17:52 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot ditutup menguat pada perdagangan Kamis (5/10/2023) hari ini. Namun demikian, mata uang Garuda masih bertengger di level Rp 15.600 per dollar AS.

Mengacu data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis 0,10 persen ke level Rp 15.618 per dollar AS pada hari ini. Pada awal perdagangan, rupiah sebenarnya sempat menguat ke kisaran Rp 15.850 per dollar AS, namun penguatan tersebut terus tergerus.

Sementara itu, mengacu data Jisdor Bank indonesia, nilai tukar rupiah pada Kamis sebesar Rp 15.601 per dollar AS. Posisi itu lebih rendah dari Rabu (4/10/2023) kemarin sebesar Rp 15.636 per dollar AS.

Baca juga: BI Beberkan Penyebab Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp 15.600 Per Dollar AS

Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, penguatan rupiah pada hari ini disebabkan oleh rilis data tenaga kerja AS yang berada di bawah ekspektasi pasar. Menurutnya, dollar AS berpotensi kembali menguat jelang rilis-rilis data lain yang akan digunakan The Fed untuk menentukan arah kebijakannya.

"Bila data menunjukkan kondisi tenaga kerja AS yang masih solid, dollar AS bisa menguat lagi. Dan sebaliknya. Jadi mungkin hingga akhir pekan ini kecenderungan penguatan dollar AS terhadap nilai tukar lainnya masih terbuka," ujarnya, kepada Kompas.com.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Melemah, Airlangga: Perekonomian AS Menguat

Sementara itu, Chief Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, dollar AS memang sedang berada dalam tren penguatan selama kurang lebih 3 bulan terakhir. Hal ini utamanya dipicu oleh investor yang tidak ingin mengambil risiko di tengah arah kebijakan 'higher for longer' The Fed.

The Fed memang diproyeksi kembali mengerek suku bunga acuannya pada pertemuan November mendatang. Dengan demikian, tingkat suku bunga acuan The Fed akan mencapai kisaran 5,50 - 5,75 persen. Tingkat suku bunga acuan yang tinggi itu membuat investor memilih untuk memburu aset berbentuk dollar AS ketimbang aset dari negara lain yang dinilai lebih berisiko.

"Penguatan dollar AS cenderung masih akan berlanjut di sepanjang bulan ini, namun mereda memasuki bulan November," kata Josua.

"Meredanya tekanan dollar AS disebabkan oleh perkiraan kepastian arah kebijakan the Fed pada FOMC bulan November," sambungnya.

Baca juga: BI Sebut SRBI Bakal Jaga Nilai Tukar Rupiah


Oleh karenanya, Josua memproyeksi, pada periode Oktober-November rupiah akan mencapai titik terlemahnya sebelum rebound dan menguat.

"Namun, dengan catatan the Fed, pada pertemuan FOMC di November, sudah memberikan sinyal kejelasan suku bunga acuannya sudah memuncak dan membuka ruang pemangkasan di tahun depan,' ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com