Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Menko Airlangga: Bukan Penonton, Perempuan Jadi Aktor Penting dalam Pemberdayaan Ekonomi

Kompas.com - 17/10/2023, 16:36 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh solid sebesar 5,17 persen pada triwulan II-2023 menjadi modal bagi peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat. 

Dengan situasi sosial masyarakat atau pergerakan ekonomi yang terus membaik pascapandemi Covid-19, beberapa indikator menunjukkan tingkat kemiskinan, pengangguran, hingga ketimpangan menurun.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan membutuhkan kontribusi dari seluruh aktor ekonomi.

“Salah satu yang perlu didorong adalah kaum perempuan yang menjadi aktor untuk mendorong dan menopang kemajuan ekonomi,” katanya.

Dia mengatakan itu dalam sambutannya mewakili Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Seminar Nasional dan Rapat Kerja Nasional I Perempuan Indonesia Maju (PIM) di Jakarta, Selasa (17/10/2023). 

Baca juga: Kereta Cepat Dilanjutkan ke Surabaya, Menko Airlangga: Tanggung kalau Hanya sampai Bandung

Airlangga menegaskan, kaum perempuan bukan penonton di negara sendiri. 

“Perempuan bukan penonton. Pemerintah akan terus mendorong perempuan menjadi aktor penting dalam pemberdayaan ekonomi, aktor penting dalam penanganan pangan, dan aktor penting dalam inklusi keuangan,” tegasnya melansir ekon.go.id, Selasa.

Dia menyebutkan, salah satu yang paling penting untuk didorong di sektor pangan adalah gerakan memerangi food waste

“Ini real. Bagaimana food waste itu bisa dimanfaatkan dan kita bisa membuatnya efisien karena banyak saudara-saudara kita yang kekurangan pangan,” ujarnya.

Terkait akses terhadap layanan keuangan formal, pemerintah telah menerbitkan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), yang salah satu kelompok sasarannya adalah perempuan. 

Baca juga: Kurs Rupiah Tembus Rp 15.700 Berdampak ke Inflasi? Ini Kata Airlangga

Dengan dukungan dan kerja sama dari segenap pemangku kepentingan, akses keuangan inklusif di Indonesia mengalami peningkatan dari 67,8 persen pada 2016 saat SNKI diluncurkan, menjadi 85,1 persen pada 2022.

Namun, tingginya tingkat inklusi keuangan di Indonesia belum diikuti dengan literasi keuangan masyarakat yang saat ini baru mencapai 49,68 persen. 

Hal tersebut menandakan penggunaan produk serta layanan keuangan tidak diikuti dengan pemahaman yang memadai.

Kesenjangan atau gap antara inklusi dan literasi memiliki potensi risiko serius bagi masyarakat, terutama terkait ancaman terjebak pada kasus penipuan, investasi bodong, ataupun pinjaman online (pinjol) ilegal. 

“Jangan banyak tergiur. Lebih baik mendorong yang disediakan pemerintah, yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR),” ujarnya. 

Baca juga: Airlangga Klaim Golkar Mantap di KIM Dukung Prabowo

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com