Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Emas Dunia Naik Dibayangi Konflik Timur Tengah dan Kebijakan Suku Bunga The Fed

Kompas.com - 20/10/2023, 08:05 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga emas dunia melanjutkan penguatan di akhir perdagangan Kamis (19/10/2023) waktu setempat atau Jumat pagi WIB karena meningkatnya ketegangan konflik di Timur Tengah.

Mengutip CNBC, harga emas di pasar spot naik 1,3 persen ke level 1.973,41 dollar AS per ons. Sementara harga emas berjangka Comex New York Exchange naik 0,6 persen ke level 1.980,50 dollar AS per ons.

Konflik antara Hamas Palestina dan Israel kian memanas. Israel menggempur Gaza dengan lebih banyak serangan udara.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, mengikuti jejak Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, terbang ke Israel dan negara-negara Timur Tengah untuk misi perdamaian dan menunjukkan dukungan untuk melawan Hamas.

Baca juga: Konflik Hamas-Israel Kerek Harga Emas Dunia ke Level Tertinggi dalam 2 Bulan

Sunak juga mendesak Israel untuk meringankan penderitaan warga Gaza yang terkepung di antara konflik Israel dengan Hamas.

Kondisi geopolitik yang terjadi di Timur Tengah itu membuat investor beralih ke emas yang memang dikenal sebagai aset lindung nilai di tengah gejolak global. Minat yang tinggi terhadap emas telah mengerek harga logam mulia tersebut.

"Kendati emas terus menguat karena perang, namun 'kepenatan' pembelian akan segera terjadi," kata Daniel Ghali, Ahli Strategi Komoditas di TD Securities.

Baca juga: Imbal Hasil Treasury Dekati 5 Persen, Wall Street Ditutup di Zona Merah

Di sisi lain, pergerakan harga emas juga dipengaruhi bayang-bayang kebijakan suku bunga bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed). Pelaku pasar tengah menanti arah kebijakan suku bunga The Fed ke depannya.

Ketua The Fed Jerome Powell dalam pidatonya di Economic Club of New York (ECNY) Luncheon kemarin menyatakan, bahwa bank sentral memungkinkan kenaikan suku bunga lebih lanjut karena ekonomi dan pasar tenaga kerja AS menguat lebih dari yang diperkirakan.

Kendati begitu, The Fed juga akan mengambil kebijakan dengan sangat berhati-hati karena ada risiko ekonomi seiring dengan sudah dilakukannya kenaikan suku bunga yang agresif di sepanjang tahun ini.

"Pasar sama sekali tidak menganggap itu sebagai sikap hawkish (sikap yang mengarah ke kenaikan suku bunga). Sepertinya ada terlalu banyak risiko terhadap prospek perekonomian dan hal ini kemungkinan akan mendukung harga emas," kata Edward Moya, Analis Pasar Senior di Oanda.

Baca juga: Ada Perang Hamas-Israel, Harga Emas Dunia Bertahan di Atas 1.900 Dollar AS

 


Pelaku pasar kini memperkirakan sekitar 70 persen kemungkinan The Fed akan melakukan jeda atau tidak menaikkan suku bunganya pada Desember mendatang, menurut alat CME FedWatch. Perkiraan peluang ini naik dari 50 persen sebelum adanya pidato Powell.

Seperti diketahui, kebijakan suku bunga The Fed memang sangat mempengaruhi pergerakan harga emas.

Ketika suku bunga bertahan tinggi atau bahkan naik, maka emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi tak menarik bagi investor, berbeda dari obligasi dan saham yang memang memberikan imbal hasil.

Sebaliknya, ketika suku bunga melemah maka imbal hasil pada instrumen investasi lainnya ikut menurun, sehingga emas akan menjadi lebih menarik.

Baca juga: Harga Emas Dunia Dekati Level Tertinggi dalam Sebulan, Ini Pemicunya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com