PEMILIHAN umum (Pemilu) yang merupakan peristiwa politik rutin lima tahun sekali sering diangap menjadi faktor penyebab kerentanan di sektor keuangan.
Pada saat kampanye sampai terpilihnya presiden-wakil presiden, gubernur dan wakilnya, bupati maupun wali kota dan wakilnya, serta anggota DPR, DPD, dan DPRD biasanya sektor keuangan akan mengalami goncangan sementara.
Dua indikator sektor keuangan yang sering dipakai adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Biasanya saat masa Pemilu (dari kampanye, saat pencoblosan, dan sampai penetapan pemenang Pemilu) kedua indikator tersebut akan melemah.
Namun data menunjukkan bahwa IHSG justru mengalami kenaikan saat Pemilu. Berdasarkan catatan pada Pemilu 2004, IHSG naik 17,70 persen. Kemudian Pemilu 2009, kenaikan IHSG cukup tinggi, yaitu 53,70 persen.
Demikian pula pada Pemilu 2014, IHSG naik 17,60 persen. Kenaikan terkecil terjadi pada Pemilu 2019, ketika IHSG hanya naik 4,60 persen (rri.co.id, 15/9/2023).
Lalu, apa artinya?
Pertama, ketika Pemilu, maka akan ada uang yang mengalir ke masyarakat, baik dari penyelenggaraan Pemilu oleh Pemerintah maupun dari dana kampanye tiap-tiap calon.
Pendapatan masyarakat akan meningkat. Peningkatan pendapatan ini sebagian akan dibelikan saham.
Jika jumlah atau stok saham tetap, tetapi permintaannya meningkat, maka harga saham akan naik. Ketika banyak saham yang permintaannya naik, maka IHSG akan naik.
Kedua, masyarakat Indonesia sudah semakin dewasa dalam berpolitik. Artinya dinamika yang terjadi saat Pemilu dianggap hal biasa dalam demokrasi sehingga tidak perlu disikapi dengan panik berlebihan.
Misalnya, dengan menukar rupiah dengan dollar AS atau melarikan simpanan dollar AS sementara ke luar negeri yang akan menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah.
Atau juga menjual saham dan menukarnya dengan bentuk kekayaan lain yang menyebabkan IHSG melemah.
Semoga sikap seperti ini juga yang menjadi sikap sebagian besar masyarakat Indonesia menghadapi Pemilu 2024 yang prosesnya sudah mulai.
Kepanikan berlebihan justru akan merugikan diri sendiri dan juga stabilitas sistem keuangan yang pada akhirnya akan menimbulkan guncangan pada perekonomian secara keseluruhan.