Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Berpotensi Jadi Pusat Penyimpanan Karbon di Asia Tenggara

Kompas.com - 14/11/2023, 14:00 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon yang besar. Bahkan bisa jadi pusat penyimpanan karbon di Asia Tenggara.

Hal itu disampaikan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati usai pihaknya menggandeng Chevron Energy International Pte. Ltd, dalam pengembangan teknologi penyimpanan CO2 yakni carbon capture storage atau carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS) di Indonesia.

"Proyek CCS/CCUS sangat strategis, karena potensi penyimpanan karbon Indonesia besar, menjadikan Indonesia sangat potensial untuk menjadi pusat CCS atau pusat penangkap dan penyimpan karbon di Asia Tenggara," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (14/11/2023).

Baca juga: PLTS Terapung Cirata Mampu Kurangi 214.000 Ton Emisi Karbon Per Tahun

Adapun kerja sama Pertamina dan Chevron ditandai dengan penandatanganan tiga Confidentiality Agreement CCS/CCUS antara anak usaha sektor hulu Pertamina yakni PT Pertamina Hulu Mahakam, PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga, dan PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur dengan Chevron di Washington, D.C, Amerika Serikat.

Nicke mengatakan, kerja sama ini menjadi salah satu kunci untuk mempercepat dekarbonisasi. Penerapan teknologi CCS/CCUS merupakan upaya Pertamina beradaptasi menyambut transisi energi.

Adapun pada kerja sama ini, Pertamina dan Chevron akan mengembangkan proyek CCS Hub di Kalimantan Timur (Kaltim) yang mengintegrasikan area penghasil emisi di Klaster Industri Balikpapan dan Bontang.

Baca juga: BEI: Penerapan Pajak dan Bursa Karbon adalah Upaya Kurangi Emisi

Kedua perusahaan bersepakat untuk saling berbagi informasi wilayah-wilayah dan potensi pengembangan CCS/CCUS yang memuat informasi yang meliputi data geologi, geofisika, peta-peta, model-model dan interpretasi, catatan-catatan, ringkasan dan informasi komersial.

Menurut Nicke, saat ini upaya pemanfaatan karbon juga relevan dengan pemanfaatan minyak dan gas bumi (migas) yang tetap dibutuhkan hingga target nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) tercapai di 2060.

"Penggunaan energi fosil di Indonesia masih dominan, artinya kita masih menghasilkan emisi yang besar. Oleh karena itu, penting untuk serius pada teknologi CCS/CCUS," kata dia.

Baca juga: Bursa Karbon Sepi Peminat, OJK: Jangan Bandingkan dengan Saham

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com